Harga Terbaru Ukulele Cak dan Cuk untuk Keroncong

Jika Anda gemar melihat pertunjukan musik keroncong, atau paling tidak sekali-dua kali, Anda pasti pernah melihat instrumen ukulele cak dan cuk. Ini adalah alat musik yang identik dengan musik keroncong dan bisa dikatakan sebagai roh-nya musik tersebut. Di pasaran, instrumen tersebut dengan kualitas lumayan ditawarkan dengan harga mulai ratusan ribuan hingga jutaan rupiah.

Ilustrasi: musisi keroncong memainkan okulele cak dan cuk (sumber: sindonews.com)

Sebelum membahas cak dan cuk, kita kulik sedikit mengenai keroncong. Keroncong adalah salah satu jenis musik khas Indonesia yang menggunakan instrumen musik dawai, flute, dan vokal. Meski diklaim asli Tanah Air, namun musik ini memiliki keterkaitan erat dengan musik asal Portugis yang dikenal sebagai fado. Menurut cerita, fado diperkenalkan oleh para dan budak kapal niaga Portugis ke Nusantara pada abad ke-16. Dari daratan India, musik ini masuk Malaka dan kemudian dimainkan oleh para budak dari Maluku.

Bacaan Lainnya

Fado sendiri adalah lagu rakyat Portugis bernada Arab (tangga nada minor, karena Moor Arab pernah menjajah Portugis dan Spanyol pada tahun 711-1492). Lagu jenis fado hingga saat ini masih ada di Amerika Latin (bekas jajahan Spanyol), seperti yang dinyanyikan oleh Trio Los Panchos atau Los Paraguayos, atau juga lagu di Sumatera Barat seperti Ayam Den Lapeh.

Sejarah keroncong sendiri dapat dibagi menjadi empat sesi. Keroncong fase awal berlangsung pada tahun 1880 sampai 1920, yaitu sejak kedatangan bangsa Portugis ke Indonesia hingga setelah Perang Dunia I. Pada era tersebut, keroncong disebut dengan lagu-lagu Stamboel dengan standar lagu panjang 16 birama. Pada masa ini, keroncong berkembang dari Desa Toegoe ke Kemayoran dan Gambir.

Fase kedua adalah pada tahun 1920 sampai 1959, yang ketika bertepatan dengan pembangunan beberapa hotel seperti Hotel Savoy Homan dan Hotel Preanger di Bandung, serta jaringan Grand Hotel di Yogyakarta, Solo, Madiun, hingga Malang. Kala itu, keroncong mengikuti musik dansa asal Amerika, terutama dengan panjang 32 birama.

Kemudian, fase ketiga adalah keroncong modern yang berlangsung tahun 1959 hingga tahun 2000. Fase ini  bisa ditandai dengan berdirinya Yayasan Tetap Segar yang memperkenalkan keroncong pop atau keroncong beat, yang sejalan dengan perkembangan musik pop di Indonesia kala itu, dengan pengaruh rock n roll dari grup The Beatles.

Sekitar tahun 1968, di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta, musisi Manthous memperkenalkan genre musik yang kelak disebut dengan campursari. Ini adalah musik keroncong yang dibalut dengan gamelan dan kendang. Di samping itu, campursari juga menggunakan instrumen elektronik seperti bass guitar, electric bass, organ, sampai dengan saxophone dan terompet. Salah satu penyanyi yang gencar memainkan musik ini adalah Didi Kempot.

Fase berikutnya adalah musik keroncong yang mulai berlangsung sejak tahun 2000 hingga sekarang. Meski belum menjadi bagian dari industri musik pop di Indonesia, tetapi beberapa pihak masih mengapresiasi musik keroncong. Kelompok musik Keroncong Merah Putih misalnya, masih cukup aktif melakukan pertunjukan, sedangkan penyanyi dan pemain bass Bondan Prakoso sempat membuat lagu berjudul “Keroncong Protol” bersama grup rap Fade 2 Black di pertengahan era 2000-an.

Ukulele Cak dan Cuk

Ukulele cak & cuk
Ukulele cak & cuk

Dalam bentuknya yang paling awal, musik keroncong diiringi oleh musik dawai seperti biola, ukulele, dan selo, meski perkusi juga terkadang dipakai. Set semacam ini dipakai oleh Keroncong Tugu, grup yang masih dimainkan oleh komunitas keturunan budak Portugis dari Ambon yang tinggal di Kampung Tugu, Jakarta Utara, yang kemudian berkembang ke arah selatan di Kemayoran dan Gambir, yang lantas dikawinkan dengan musik Tanjidor oleh orang Betawi.

Saat ini, alat musik keroncong yang dipakai dalam sebuah orkes salah satunya mencakup ukulele cak dan cuk. Ukulele sendiri adalah alat musik petik sejenis berukuran kecil, sekitar 20 inci, dan merupakan alat musik asli Hawaii yang ditemukan sekitar tahun 1879. Alat musik ukulele dalam bahasa Hawaii artinya kutu loncat.

Di dalam musik keroncong, ukulele menjadi alat musik utama yang mengeluarkan suara crong, crong, crong, sehingga musik tersebut kemudian disebut dengan ‘keroncong’ sejak tahun 1880. Ukulele dalam musik keroncong terbagi menjadi dua, yaitu ukulele cak dan ukulele cuku. Ukulele cak memiliki empat dawai (baja), dengan urutan nada A, D, Fis, dan B. Jadi, ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C, cak bermain pada tangga nada F (dikenal dengan sebutan in F). Sementara, ukulele cuk memiliki 3 dawai (nilon), dengan urutan nada G, B, dan E. Instrumen ini sebagai alat musik utama yang menyuarakan crong-crong.

Jika Anda ingin menekuni jenis musik ini, tidak sulit mendapatkan ukulele cak dan cak. Pasalnya, saat ini, sudah banyak perajin atau toko musik yang menjual ukulele cak dan cuk untuk musik keroncong. Berikut kami sampaikan informasi terbaru harga alat musik tersebut di pasaran saat ini yang kami rangkum dari berbagai sumber.

Harga Ukulele Cak dan Cuk

Instrumen Cak dan CukHarga (Rp)Spesifikasi Umum
Fender Cuk Senar 3550.000 kayu bobokan/tatahan, peg stainless, bonus tas + pick
Cak Senar 4500.000 – 700.000Bodi kayu mahoni utuh, fret stainless, putaran senar krom, bonus tas
Cak Senar 4 & Cuk Senar 3750.000 – 950.000Bodi kayu mahoni utuh, nek kayu rosewood, top side kayu spruce, dryer stainless steel, soft case, senar nilon/baja

Harga ukulele cak dan cuk di atas kami rangkum dari berbagai sumber, termasuk toko musik dan situs beli online. Harga ukulele cak dan cuk tersebut tidak mengikat dan bisa berbeda-beda di masing-masing wilayah. Harga tersebut juga bisa mengalami perubahan setiap waktu, seperti pada 2018 lalu ketika harga ukulele cak senar 4 masih berada pada kisaran Rp480 ribuan. Untuk informasi lebih lengkap, Anda bisa datang langsung ke toko musik terdekat di domisili Anda.

[Update: Almasshabur]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *