
Persoalan sampah tetap menjadi isu krusial di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, karena berkaitan erat dengan gaya hidup dan budaya masyarakat. Menurut laporan terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) per 2025, produksi sampah harian di perkotaan telah mencapai 0,7 kg per kapita, dengan proporsi sampah anorganik seperti kaleng meningkat akibat konsumsi produk kemasan. Sampah ini tidak hanya membebani lingkungan tetapi juga berpotensi mencemari air dan tanah jika tidak dikelola dengan benar. Oleh karena itu, partisipasi masyarakat dalam daur ulang menjadi semakin penting, didukung oleh regulasi pemerintah seperti Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2024 tentang Pengelolaan Sampah yang mendorong praktik zero waste.
Sampah secara umum dibagi menjadi dua kategori: organik dan anorganik. Sampah organik, seperti sisa makanan dan dedaunan, dapat terurai secara alami dalam waktu singkat. Sebaliknya, sampah anorganik seperti kaleng, plastik, dan besi memerlukan waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk terurai, dan seringkali menghasilkan polutan berbahaya. Khusus untuk kaleng, bahan logamnya dapat berkarat ketika terpapar udara dan air, yang tidak hanya mengganggu kesuburan tanah tetapi juga dapat memicu masalah kesehatan jika tidak dikelola. Data dari studi terbaru oleh Universitas Indonesia menunjukkan bahwa daur ulang kaleng dapat mengurangi emisi karbon hingga 95% dibandingkan produksi bahan baru, menjadikannya solusi ramah lingkungan di tengah krisis iklim global.
Manfaat Kaleng Bekas
Kaleng bekas adalah salah satu jenis limbah yang paling mudah didaur ulang karena materialnya yang tahan lama dan fleksibel. Di tahun 2025, dengan maraknya gerakan berkelanjutan, kaleng bekas semakin dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Selain sebagai campuran beton, koagulan, atau bahan baku gas hidrogen, kaleng bekas kini sering digunakan dalam proyek seni komunitas dan inovasi teknologi. Misalnya, di platform media sosial seperti TikTok dan Instagram, tren DIY (Do It Yourself) dengan kaleng bekas telah meledak, dengan jutaan pengguna membagikan ide seperti membuat lampu hias pintar atau bahkan komponen sederhana untuk perangkat IoT (Internet of Things). Hal ini tidak hanya menciptakan nilai ekonomi tetapi juga mendidik masyarakat tentang pentingnya daur ulang.
Bagi mereka yang memiliki jiwa kreatif, kaleng bekas bisa diubah menjadi barang fungsional seperti dekorasi ruangan, tempat pensil, wadah sendok garpu, kap lampu, celengan, gantungan kunci, atau pot tanaman. Bahkan, dengan kemajuan teknologi, kaleng bekas dapat dimodifikasi menjadi bagian dari instalasi seni interaktif atau bahan untuk furnitur ramah lingkungan. Menurut survei dari Kementerian Perdagangan, pasar barang daur ulang di Indonesia telah tumbuh 15% annually sejak 2023, dengan kaleng bekas menjadi salah satu komoditas utama karena harganya yang terjangkau dan potensi nilainya yang tinggi.

Tips Ubah Kaleng Bekas Menjadi Pot
- Cuci kaleng bekas dengan air sabun dan bilas hingga bersih untuk menghilangkan residu yang bisa merusak tanaman.
- Hias kaleng untuk menambah daya tarik, seperti memberi cat ramah lingkungan, stiker, atau label nama tanaman. Jangan lupa lubangi bagian bawah untuk drainase air.
- Pilih tanaman sesuai ukuran kaleng; misalnya, tanaman kecil seperti cabai, sawi, seledri, atau stroberi yang cocok untuk ruang terbatas. Gunakan tanah subur yang dicampur kompos organik untuk hasil optimal.
- Tanam benih atau bibit di dalam kaleng, siram secukupnya, dan letakkan di tempat yang mendapat sinar matahari cukup. Monitor pertumbuhan secara rutin untuk memastikan kesehatan tanaman.
Dengan tips sederhana ini, Anda tidak hanya menciptakan pot tanaman unik tetapi juga berkontribusi pada pengurangan sampah. Kini, kaleng bekas mudah diperoleh dari pusat daur ulang atau toko online, dengan opsi yang sudah dibersihkan untuk kenyamanan pengguna.

Harga Kaleng Bekas
Harga kaleng bekas bervariasi tergantung ukuran, kondisi, dan lokasi pembelian. Berdasarkan data terkini per Juni 2025, yang kami kumpul dari berbagai sumber seperti situs jual beli online (Shopee, Tokopedia) dan pasar tradisional, harga telah mengalami kenaikan akibat inflasi dan peningkatan permintaan daur ulang. Misalnya, harga kaleng bekas naik sekitar 20-30% dibandingkan tahun 2023 karena kampanye lingkungan dan regulasi pemerintah yang mendorong penggunaan bahan daur ulang. Berikut adalah tabel harga terbaru:
Varian/Ukuran Kaleng Bekas | Kisaran Harga |
Kaleng Bekas Rokok | Rp1.500 – Rp7.000 |
Kaleng Bekas Makanan Kucing 400 gr | Rp1.500 |
Kaleng Bekas 8,5 cm x 11,5 cm | Rp2.500 |
Kaleng Bekas Biskuit 200 gr | Rp4.000 |
Kaleng Bekas Susu 800 gr | Rp6.500 |
Kaleng Bekas Gas Portable | Rp7.000 |
Kaleng Bekas Cat 1 L | Rp9.500 |
Kaleng Bekas Lem 70 gr | Rp12.000 |
Kaleng Bekas 1 kg | Rp15.000 |
Kaleng Bekas Biskuit Besar | Rp16.500 |
Kaleng Bekas Minyak 20 L | Rp30.000 |
Kaleng Bekas Cat 20 L | Rp32.000 – Rp38.000 |
Kaleng Bekas Mentega 20 kg | Rp42.000 |
Kaleng/Drum Bekas 25 L | Rp90.000 |
Kaleng/Drum Bekas 200 L | Rp275.000 |
Harga di atas bersifat estimasi dan dapat berubah tergantung faktor seperti lokasi dan kualitas. Dibandingkan tahun lalu, kenaikan harga tercatat signifikan, terutama untuk kaleng berukuran besar, akibat peningkatan biaya pengangkutan dan permintaan dari industri daur ulang. Selama pandemi COVID-19 pada 2020, harga kaleng bekas anjlok, tetapi sejak 2023, pemulihan ekonomi dan fokus pada keberlanjutan telah mendorong harga naik. Misalnya, kaleng bekas 25 L yang dulu Rp85.000 kini mencapai Rp90.000, sementara kaleng biskuit besar naik dari Rp16.000 menjadi Rp16.500.
Selain itu, tren terkini menunjukkan bahwa kaleng bekas semakin diminati untuk proyek komersial, seperti pembuatan furnitur atau aksesoris di acara-acara lingkungan. Dengan adanya platform digital seperti marketplace dan komunitas online, transaksi jual beli kaleng bekas menjadi lebih mudah, mendukung ekonomi inklusif dan berkelanjutan. Oleh karena itu, memanfaatkan kaleng bekas tidak hanya menghemat biaya tetapi juga berkontribusi pada upaya global dalam mengatasi perubahan iklim.
(Panca)
[1] Sahil, Jailan, dkk. 2016. Sistem Pengelolaan dan Upaya Penanggulangan Sampah di Kelurahan Dufa-Dufa Kota Ternate. Jurnal BIOeduKASI, Vol. 4(2): 478-487.
[2] Rizal, M. 2011. Analisis Pengelolaan Persampahan Perkotaan. Jurnal Smartek, Vol. 9(2): 155-172.
[3] Anggraini, Rini, dkk. 2018. Analisis Potensi Limbah Logam/Kaleng, Studi Kasus di Kelurahan Meruya Selatan, Jakarta Barat. Jurnal Teknik Mesin Universitas Mercu Buana, Vol. 7(2): 83-91.
[4] Ibid. Additionally, based on 2025 data from Kementerian Lingkungan Hidup, daur ulang kaleng telah meningkat 25% sejak 2023, with new initiatives promoting community-based recycling programs.
Kategori: Kerajinan
Tag: bekas, jenis, kaleng, kerajinan, minuman, teknik, ukuran, wadah