Homeschooling saat ini telah menjadi pilihan banyak orang tua untuk menyekolahkan anak mereka, salah satunya karena memiliki fleksibilitas waktu belajar. Biasanya, lembaga homeschooling menawarkan beragam jenjang, mulai dari TK, SD, SMP, hingga SMA. Cara atau metode belajar-mengajar pun sudah bervariasi, bisa dilakukan dengan sistem privat datang ke rumah, privat online, atau kelas online.
Seperti diketahui, pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi banyak orang. Pendidikan adalah suatu proses yang diperlukan untuk mendapatkan keseimbangan dan kesempurnaan dalam perkembangan individu maupun masyarakat. Lebih dari sekadar pengajaran, pendidikan merupakan suatu proses transfer ilmu, transformasi nilai, dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.[1]
Dalam pendidikan, terdapat dua hal penting, yakni aspek kognitif (berpikir) dan aspek afektif (merasa).[2] Sebagai ilustrasi, saat kita mempelajari sesuatu, maka di dalamnya tidak saja proses berpikir yang mengambil bagian, tetapi juga ada unsur-unsur yang berkaitan dengan perasaan seperti semangat, suka, dan lain-lain. Para pakar pun sepakat bahwa pendidikan tidak sekadar memperhatikan aspek kognitif, tetapi cakupannya harus lebih luas.
Apa Itu Homeschooling?
Umumnya, untuk memberikan pendidikan kepada anak mereka, orang tua memilih sekolah formal. Selain memperoleh pendidikan akademi, di sekolah ini, anak-anak juga dapat melakukan sosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Selain itu, sekolah formal juga menyediakan banyak jenjang, mulai dari playgroup, TK, SD, SMP, hingga SMA.
Namun, umumnya sekolah formal menerapkan aturan yang baku, termasuk jadwal belajar dan mengajar. Di banyak sekolah, siswa wajib datang pada pukul 7 pagi dan pulang pada siang hari. Bahkan, sekarang semakin banyak sekolah yang menerapkan sistem full day school, mengharuskan peserta mengikuti kegiatan belajar dan mengajar mulai jam 7 pagi hingga jam 3 atau 4 sore.
Bagi sejumlah orang, jadwal sekolah formal seperti ini bisa saja berbenturan. Selain itu, ada beberapa anak yang memiliki kondisi medis tertentu yang tidak memungkinkan mereka mengikuti sekolah formal atau ketidakpuasan terhadap metode pendidikan yang tersedia. Akhirnya, mereka memilih mengikuti program homeschooling.
Seperti namanya, homeschooling adalah sebuah keluarga yang memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya dengan berbasis rumah.[3] Orang tua homeschooling rata-rata percaya bahwa menjaga anak-anak mereka di rumah merupakan cara terbaik untuk menghindari lingkungan sekolah yang mereka anggap terlalu keras. Selain itu, keterlibatan langsung orang tua dalam pendidikan anak dalam sistem homeschooling dianggap bisa menjamin kualitas pendidikan untuk buah hati mereka.[4]
Model pendidikan homeschooling ini meletakkan tanggung jawab secara penuh pada orang tua. Orang tua terlibat langsung dalam pengembangan kurikulum, materai apa saja yang akan digali dan dikembangkan oleh anak, serta memilih beragam metode pembelajaran yang tepat. Dalam homeschooling, keragaman potensi anak dihargai dan mereka tidak dituntut untuk sama dengan anak yang lain.
Karakteristik Homeschooling
- Berorientasi pada pembentukan karakter dan pengembangan bakat minat anak.
- Kegiatan belajar lebih fleksibel sehingga merangsang anak untuk belajar mandiri, didampingi orang tua atau masuk suatu komunitas.
- Orang tua memegang peranan utama sebagai guru, motivator, fasilitator, dinamisator, dan teman diskusi.
- Melibatkan guru atau tutor hanya sebagai pembimbing dan pengarah minat anak dalam mata pelajaran yang disukainya.
- Jadwal belajar dan jumlah jam belajar fleksibel.
- Pendekatan pembelajaran lebih bersifat personal; dan humanis.
Seperti sekolah formal, saat ini homeschooling juga sudah mencakup segala jenjang. Ada lembaga homeschooling yang menyediakan pendidikan untuk jenjang TK, SD, SMP, atau SMA. Bahkan, tidak sedikit institusi yang menawarkan semua jenjang pendidikan tersebut, dengan mata pelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku.
Cara Homeschooling SMA
- Homeschooling tutorial. Guru atau tutor datang ke rumah siswa dengan waktu dan tempat belajar boleh diatur sesuai dengan keinginan siswa.
- Homeschooling klasikal. Siswa datang ke tempat lembaga dan belajar di kelas. Biasanya waktu belajar mulai jam 8 pagi hingga 1 siang, pada hari Senin hingga Kamis.
- Homeschooling mandiri. Siswa belajar sendiri dibantu orang tua, anggota keluarga, saudara, atau guru privat.
- Homeschooling private online. Pembelajaran dilakukan secara tatap muka antara siswa dan guru atau tutor menggunakan media seperti Zoom dan sejenisnya.
- Homeschooling kelas online. Berlangsung di website atau software internet yang dipimpin guru atau tutor dan diikuti sejumlah siswa.
Seperti sekolah formal biasa, apabila mengikuti homeschooling yang diadakan lembaga pendidikan, maka Anda diwajibkan membayar sejumlah biaya. Komponen biayanya pun biasanya sama dengan sekolah formal, seperti biaya pendidikan, biaya SPP, dan juga biaya ujian. Berikut kami sajikan informasi biaya homeschooling SMA saat ini.
Biaya Homeschooling SMA
Nama Lembaga Homeschooling | Biaya Homeschooling SMA |
Homeschooling Bintang Mulia Kudus | Uang Pangkal : Rp3.500.000 |
SPP : Rp350.000 per bulan | |
Akses Media Belajar : Rp1.200.000 | |
Ujian Semester : Rp1.300.000 | |
Homeschooling Kasih Anugerah | Kelas Tutorial : Rp1.500.000 per bulan |
Kelas Klasikal : Rp800.000 per bulan | |
Kelas Mandiri : Rp700.000 per bulan | |
Kreativa Homeschooling Blitar | Pendaftaran : Rp5.850.000 |
Daftar Ulang : Rp3.500.000 per tahun | |
SPP : Rp427.500 per bulan | |
Homeschooling Primagama Bali | Pendaftaran : Rp500.000 |
Uang Pangkal : Rp11.000.000 | |
SPP Kelas Individu : Rp1.500.000 per bulan |
Daftar biaya homeschooling SMA di atas kami kutip langsung dari situs resmi masing-masing lembaga pendidikan yang bersangkutan. Perlu Anda ingat bahwa tarif tersebut tidak terikat dan dapat berubah sewaktu-waktu. Selain itu, biaya di lembaga yang lain bisa saja berbeda, tergantung kebijakan pengelola.
[1] Nurkholis. 2013. Pendidikan dalam Upaya Memajukan Teknologi. Jurnal Kependidikan, Vol. 1(1): 24-44.
[2] Ibid.
[3] Ismail, Muh. Ilyas. 2016. Homeschooling: Sebuah Pendidikan Alternatif. Lentera Pendidikan, Vol. 19(1): 100-111.
[4] Green, C. L. & K. V. Hoover-Dempsey. 2007. Why do parents homeschool? A systematic examination of parental involvement. Education and Urban Society, Vol. 39(2): 264-285.