Pertalite merupakan salah satu bahan bakar minyak (BBM) yang dijual Pertamina melalui SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar) selain premium, pertamax, dan juga solar. Layaknya harga BBM jenis lainnya, harga pertalite di masing-masing SPBU, termasuk di pusat dan daerah, juga bervariasi, tergantung kebijakan perusahaan dan lokasi SPBU yang bersangkutan.
Dilansir dari Wikipedia, pertalite merupakan salah satu jenis BBM yang diluncurkan pertama kali oleh Pertamina pada tanggal 24 Juli 2015 lalu. Ini merupakan bahan bakar gasoline yang memiliki angka oktan 90 serta berwarna hijau terang dan jernih, serta diklaim sangat tepat digunakan untuk kendaraan bermotor dengan kompresi 9: 1 hingga 10: 1. Bahan bakar pertalite memiliki angka oktan yang lebih tinggi daripada bahan bakar premium 88, sehingga lebih pas digunakan untuk kendaraan bermesin bensin yang saat ini banyak beredar di Tanah air.
Menurut salah satu tim peneliti pertalite sebelum diluncurkan, sebenarnya spesifikasi RON 90 sudah ada sejak lama dan harus memenuhi beberapa kriteria. Bahan bakar premium adalah bahan bakar yang aditif, sedangkan pertalite ada aditif khusus namun tidak secanggih dan serumit pertamax maupun pertamax plus. Bahan bakar ini dikatakan mampu menghemat penggunaan antara 10 persen hingga 16 persen dibandingkan premium. Dalam sebuah pengujian, pertalite juga ditemukan lebih bersih daripada premium. Berikut beberapa keunggulan pertalite.
- Jarak tempuh lebih jauh. Dengan bahan yang sesuai dengan kendaraan saat ini, pertalite dikatakan menghasilkan pembakaran lebih baik sehingga kendaraan mampu menempuh jarak yang lebih jauh.
- Berkualitas. Memiliki angka oktan 90 atau lebih tinggi daripada premium, pertalite menjanjikan kualitas yang lebih baik bagi kendaraan bermotor.
- Harga terjangkau. Tidak hanya menjanjikan kualitas yang lebih baik, pertalite juga menawarkan harga yang lebih terjangkau.
Jenis kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar ini, seperti diuraikan di atas, adalah kendaraan yang memiliki kompresi mesin 9: 1 hingga 10: 1, yang memiliki kebutuhan angka oktan 90. Untuk kendaraan roda empat atau mobil, beberapa merek dan tipe yang disarankan menggunakan pertalite adalah Toyota Avanza, daihatsu Xenia, Nissan Grand Livina, dan Honda Brio. Sementara, untuk sepeda motor, Honda Vario, Honda BeAT, Yamaha Mio, dan berbagai motor keluaran terbaru disarankan memakai bahan bakar jenis ini.
Harga Pertalite
Ketika dikeluarkan pertama kali, pemerintah telah mengatakan bahwa pertalite bukan bahan bakar minyak bersubsidi alias non-subsidi. Karena itu, mengenai harga pertalite, menjadi wewenang penuh PT Pertamina tanpa campur tangan pemerintah. Pemerintah sendiri hanya mengatur kebijakan harga BBM bersubsidi seperti premium dan solar.
Lalu, berapa harga pertalite? Harga pertalite memang sangat fluktuatif, tergantung kondisi terbaru perekonomian, terutama harga minyak dunia. Jika harga minyak dunia sedang turun, harga pertalite memang cenderung lebih murah. Sementara, jika harga minyak sedang naik, maka Pertamina pun ‘tidak segan-segan’ menaikkan harga bahan bakar ini.
Per tanggal 24 Maret 2018 lalu, Pertamina menaikkan harga pertalite sebesar Rp200 liter per liter. Sebelumnya, pada tanggal 20 Januari 2018, perusahaan sudah menaikkan harga pertalite sebesar Rp100 per liter. Artinya, kenaikan pertalite sejak awal tahun telah mencapai Rp300 per liter dan merata di seluruh wilayah pemasaran di Indonesia. Harga pertalite berkisar Rp7.800 hingga Rp8.000 per liter, tergantung wilayah.
Menurut perusahaan, kenaikan harga pertalite dipicu oleh tren menanjaknya harga minyak dunia yang kala itu telah berada di atas 60 dolar AS per barel. Sebagai pembanding, tahun 2017 lalu, rata-rata harga minyak dunia masih di bawah 60 dolar AS per barel. Sesuai Peraturan presiden No. 191 tahun 2014, pertalite memang termasuk kategori bahan bakar umum yang bisa disesuaikan harganya oleh perseroan tanpa persetujuan pemerintah.
Kemudian, pada pertengahan Juli 2018, Pertamina kembali menaikkan harga pertalite, yang kali ini hanya untuk wilayah Sumatera Barat. Di kawasan tersebut, harga pertalite naik sebesar Rp200 per liter. Kenaikan harga pertalite, juga dexlite dan pertamax, di Sumatera Barat karena ada perubahan pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) dari semula 5 persen menjadi 7,5 persen. Berikut daftar lengkap harga pertalite Pertamina di seluruh SPBU di daerah-daerah.
Harga Pertalite di SPBU Daerah
| Wilayah SPBU | Harga Pertalite (Rp) |
| Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam | 7.650 per liter |
| Provinsi Sumatera Utara | 7.650 per liter |
| Provinsi Sumatera Barat | 7.850 per liter |
| Provinsi Riau | 7.650 per liter |
| Provinsi Kepulauan Riau | 8.000 per liter |
| Kodya Batam | 8.000 per liter |
| Provinsi Jambi | 7.850 per liter |
| Provinsi Bengkulu | 7.650 per liter |
| Provinsi Sumatera Selatan | 7.850 per liter |
| Provinsi Bangka Belitung | 7.850 per liter |
| Provinsi Lampung | 7.850 per liter |
| Provinsi DKI Jakarta | 7.650 per liter |
| Provinsi Banten | 7.650 per liter |
| Provinsi Jawa Barat | 7.650 per liter |
| Provinsi Jawa Tengah | 7.650 per liter |
| Provinsi DI Yogyakarta | 7.650 per liter |
| Provinsi Jawa Timur | 7.650 per liter |
| Provinsi Bali | 7.650 per liter |
| Provinsi Nusa Tenggara Barat | 7.650 per liter |
| Provinsi Nusa Tenggara Timur | 7.650 per liter |
| Provinsi Kalimantan Barat | 7.850 per liter |
| Provinsi Kalimantan Tengah | 7.850 per liter |
| Provinsi Kalimantan Selatan | 7.850 per liter |
| Provinsi Kalimantan Timur | 7.850 per liter |
| Provinsi Kalimantan Utara | 7.850 per liter |
| Provinsi Sulawesi Utara | 7.850 per liter |
| Provinsi Gorontalo | 7.850 per liter |
| Provinsi Sulawesi Tengah | 7.850 per liter |
| Provinsi Sulawesi Tenggara | 7.850 per liter |
| Provinsi Sulawesi Barat | 7.850 per liter |
| Provinsi Maluku | 7.850 per liter |
| Provinsi Maluku Utara | 7.850 per liter |
| Provinsi Papua | 7.850 per liter |
| Provinsi Papua Barat | 7.850 per liter |
Daftar harga bahan bakar pertalite di atas kami rangkum dari situs resmi Pertamina dan sumber-sumber lain. Daftar harga pertalite di atas tidak mengikat dan bisa berubah sewaktu-waktu sesuai dengan kebijakan Pertamina.
[Update: Ditta]
