Harga Rawon Nguling (Probolinggo, Malang, Surabaya)

Jika Anda penggemar rawon sejati, pasti sudah tidak asing lagi dengan Rawon Nguling. Ini adalah salah satu kuliner legendaris yang berasal dari daerah Nguling, Probolinggo (ada juga yang menyebutnya dari Pasuruan). Punya bumbu yang khas yang membedakannya dengan rawon pada umumnya, Rawon Nguling menjadi makanan wajib bagi banyak orang yang tengah berkunjung ke Jawa Timur. Sudah hadir pula di sejumlah kota, seperti Surabaya, Sidoarjo dan Malang, harga Rawon Nguling pun tidak terlalu menguras .

Rawon nguling (sumber: datawisata.com)
Rawon nguling (sumber: datawisata.com)

Rawon, siapa sih yang tidak kenal dengan makanan ini? Punya kuah hitam pekat, terkadang ada juga yang jernih, rawon menjadi salah satu menu utama banyak warung, kedai, maupun restoran. Selain itu, makanan ini juga kerap disajikan ketika seseorang sedang mengadakan sebuah hajatan di rumah untuk menjamu tamu undangan.

Bacaan Lainnya

Dikatakan menjadi makanan khas Jawa Timur, rawon adalah masakan (lauk) berkuah yang dibuat dari irisan daging dengan bumbu utama keluak, ditambah rempah-rempah lain.[1] Kelezatan rawon telah diakui oleh dunia internasional, dengan dinobatkannya makanan ini sebagai sup paling enak se-Asia tahun 2020 versi Taste Atlas.[2]

Informasi mengenai rawon di masa lalu dapat ditemukan di beberapa kitab sastra Jawa Baru pada abad ke-19. Keluak yang digunakan sebagai penting pada rawon beberapa kali disebut dalam Serat Centhini, yakni salah satu naskah sastra Jawa yang ditulis pada tahun 1735 Jawa.[3] Selain itu, rawon juga disebutkan dalam kitab Kakawin Bhomakawya. Sementara itu, pembahasan mengenai cara pembuatan rawon disebutkan dalam Serat Wulangan Olah-Olah Warna-Warni, yakni catatan koleksi masak Istana Mangkunegaran Surakarta yang dicetak pada 1926.[4]

Review Rawon Nguling

Jika Anda berkunjung ke Jawa Timur, sangat mudah menemukan restoran atau kedai, bahkan warung, yang menyajikan menu rawon. Namun, dari sekian ratusan tempat makan yang menawarkan rawon, salah satu yang tidak boleh Anda lewatkan adalah Rawon Nguling. Selain karena legendaris, konon sudah eksis sejak dekade tahun 1940-an atau 1950-an, rasa Rawon Nguling bikin ketagihan.

Banyak referensi yang membahas mengenai sejarah Rawon Nguling. Salah satu sumber mengatakan bahwa Rawon Nguling awalnya adalah sebuah warung yang menjual ketan bubuk dan nasi rawon, melayani petani atau kusir delman yang berada di sekitar Desa Tambakrejo, Probolinggo. Proses rawon pun masih dilakukan dengan cara tradisional, yaitu rawon diolah dalam wadah yang terbuat dari tanah liat yang diberi nama kendil.

Singkat cerita, Rawon Nguling terus berkembang dan mencapai popularitas pada tahun 1980-an dan 1990-an. Saat itu, restoran ini mendirikan cabang di sejumlah kota, termasuk Malang. Nama Rawon Nguling pun sengaja dipakai sebagai dan telah mendapatkan hak paten sejak tahun 2000-an lalu.

Lalu, apa resep rahasia Rawon Nguling terus eksis dan populer hingga detik ini? Seperti rawon pada umumnya, Rawon Nguling juga menggunakan keluak sebagai bahan utama, yang memberikan kontribusi pada warna kuah dan masakan secara keseluruhan serta menyumbang rasa yang khas. Namun, keluak disangrai dulu sebelum dihaluskan dan kemudian ditumis. Selain itu, tidak ditambahkan asam Jawa, serai, maupun terasi. Di atas meja, teman menyantap rawon pun lebih bervariasi, seperti paru, tempe goreng, dan perkedel.

Penyajian sop daging berkuah hitam ini seperti halnya dengan penyajian masakan di Jawa Timur, nasi tidak dipisahkan dengan kuah. Bagian nasi terletak di bagian dasar, lalu diguyur dengan kuah rawon yang pekat dengan irisan daging sapi yang empuk. Tauge pendek dan sambal diletakkan di pinggir piring, tetapi banyak pula yang meletakkannya secara terpisah karena tidak semua orang menyukai tauge dan sambal.

Rumah makan Rawon Nguling Probolinggo (sumber: detik)
Rumah makan Rawon Nguling Probolinggo (sumber: detik)

Menurut akun resminya, restoran pusat Rawon Nguling berada di Tambakrejo, Tongas, Kabupaten Probolinggo. Sementara itu, cabangnya sudah menyebar di sejumlah kota seperti Surabaya (Jalan Kendangsari, Jalan Kutai, MERR, Perak), Sidoarjo (daerah Taman Sepanjang) dan Malang (Jalan Zainul Arifin).

Harga Rawon Nguling

MenuHarga
Nari RawonMulai Rp28.000
LaukRp5.000 – Rp25.000
Es JerukRp10.000
TehRp5.000

Informasi harga Rawon Nguling kami rangkum dari bocoran sejumlah pengunjung berlaku untuk RM Rawon Nguling di Probolinggo. Perlu Anda catat bahwa harga menu tersebut tidak mengikat dan dapat berubah sewaktu-waktu. Selain itu, harga di masing-masing cabang bisa saja berbeda. Di Malang misalnya, harga rawon daging dipatok Rp40 ribuan, sedangkan harga rawon dengkul Rp85 ribuan.

Tidak hanya itu, harga Rawon Nguling juga dapat berbeda apabila Anda memesan lewat aplikasi pemesanan makanan dan biasanya lebih mahal karena ada perjanjian khusus antara pihak restoran dan kurir. Sebagai referensi, berikut kami sajikan kisaran harga Rawon Nguling di salah satu aplikasi pemesanan makanan untuk cabang yang berlokasi di Jalan Kutai, Surabaya.

Rawon nguling (sumber: pinterest)
Rawon nguling (sumber: pinterest)

Harga Rawon Nguling Kutai

MenuHarga
Nasi Sop KotakRp36.000
Nasi Rawon KotakRp43.200
Nasi Gulai KotakRp43.200
Rawon DagingRp43.200
Gulai KambingRp43.200
Rawon KototRp48.000
Rawon IgaRp54.000
Rawon BuntutRp54.000
Rawon DengkulRp90.000
LaukRp4.800 – Rp26.400
MinumanRp6.000 – Rp18.000

Daftar harga Rawon Nguling cabang Kutai, Surabaya di atas kami rangkum langsung dari aplikasi pemesanan makanan online. Perlu Anda ingat bahwa harga Rawon Nguling tersebut tidak mengikat dan dapat berubah sewaktu-waktu. Selain itu, harga dapat menjadi lebih ketika ada promo khusus.

[1] Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. KBBI Daring. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.

[2] Aviana, Tita, Nobel Christian Siregar, Ning Ima Arie Wardayanie. 2021. Pendugaan Masa Simpan Bumbu Rawon dengan Metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT). Warta IHP, Vol. 38(2): 126-131.

[3] Susilantini, Endah. 2014. Kuliner Tradisional Jawa dalam Serat Centhini. Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta.

[4] Haryono, Timbul. 1998. Serat Centhini sebagai Sumber Informasi Makanan Tradisional Masa Lampau. Humaniora, No. 8: Juni-Agustus 2018.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *