Info Kisaran Biaya Program Inseminasi Terbaru

Menimang bayi adalah dambaan bagi setiap pasangan yang sudah menikah. Jika pasangan dalam kondisi baik-baik saja dan sehat, persalinan secara normal menjadi langkah yang umum dilakukan. Sayangnya, karena beberapa kondisi tertentu, seorang perempuan hamil terpaksa harus melahirkan jabang bayi dengan operasi caesar atau bedah sesar. Namun, ada kalanya seorang wanita berkesempatan meminang anak melalui berbagai alternatif, seperti bayi tabung dan juga inseminasi dengan biaya yang tak murah.

Jika bayi tabung telah lama dikenal banyak masyarakat, maka program inseminasi tergolong teknologi reproduksi baru yang saat ini juga sudah mulai berkembang pesat di Tanah Air. Seperti yang terlihat pada Rumah sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soetomo di Surabaya pada tahun 2015 lalu. Dalam setahun, rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur itu setidaknya bisa menangani program inseminasi dan bayi tabung sebanyak 200 hingga 300 pasangan. Bahkan, inseminasi pertama kali bisa menghasilkan lima bayi kembar.

Inseminasi adalah teknologi untuk mendapatkan kehamilan dengan cara menyemprotkan sperma yang sudah diseleksi ke dalam rahim calon ibu. Untuk memilah sperma terbagus ini, harus dilakukan oleh tim laboratorium. Sperma dengan kualitas bagus dapat dilihat dari kuantitas sperma yang bersangkutan, yaitu berkonsentrasi di atas 10 juta per milimeter. Kemudian, dari 10 juta per milimeter itu, direparasi untuk mendapatkan sperma yang benar-benar berkualitas, sekurang-kurangnya satu juta per milimeter.

Sebelum dilakukan inseminasi, sel telur miliki calon ibu harus diberi obat terlebih dahulu untuk penyuburan. Setelah beberapa hari, dokter akan melakukan cek USG untuk melihat apakah sel telur telah matang atau belum. Jika sel telur sudah matang dan sperma terbaik sudah terpilih, maka inseminasi siap dilakukan.

Dalam prosesnya, sperma dimasukkan ke rahim menggunakan selang kecil melalui jalan lahir (vagina). Aksi sperma di dalam rahim inilah yang sulit dikontrol dalam menentukan hasil menjadi janin. Karena itu, risiko yang dihadapi sang ibu adalah kehamilan lebih dari satu dan kembar. Sementara, risiko terhadap janin inseminasi adalah janin kembar banyak sehingga terjadi kelahiran prematur.

Dengan risiko tersebut, keberhasilan inseminasi hanya sekitar 20-25 persen. Ini masih jauh di bawah tingkat keberhasilan bayi tabung yang mencapai sekitar 47 persen. Namun, inseminasi dapat dijadikan alternatif bagi pasangan yang belum berhasil memiliki anak dengan hubungan seksual. Biayanya pun rata-rata jauh lebih murah daripada bayi tabung.

Menurut Kepala Divisi Fertilitas dan Endokrinologi Reproduksi Departemen Obstetri-Ginekologi RSUD dr. Soetomo Surabaya, dr. Relly Yanuari Primariawan, Sp.OG, TRB (Teknologi Reproduksi Berbantu) bisa menjadi alternatif bagi pasangan yang belum berhasil memiliki anak dengan hubungan seksual. Menurutnya, biaya inseminasi kala itu masih berada di kisaran Rp2 juta hingga Rp4 juta, belum termasuk obat-obatan. Nah, berikut kisaran biaya inseminasi di beberapa rumah sakit di Indonesia.

Biaya Inseminasi

Kisaran biaya inseminasi di sejumlah rumah sakit mulai tahun 2019 berkisar Rp2.740.000 hingga paling mahal mencapai Rp10.000.000. Nominal tersebut masih relatif stabil dan belum banyak berubah pada 2020. Namun pada 2021, beberapa rumah sakit mulai menaikkan biaya inseminasi karena faktor tertentu. 

Jika pada 2020, RSPI Pondok Indah mematok tarif inseminasi mulai Rp3.000.000 – Rp4.000.000, lalu pada 2021 dan 2022 ini Anda harus merogoh kocek mulai Rp5.000.000 – Rp10.000.000. Begitu pula dengan RSPU Hasan Sadikin Bandung yang menaikkan biaya inseminasi dari Rp2.740.000 menjadi kisaran Rp5.000.000. Sedangkan untuk biaya inseminasi di Mayapada Hospital Jakarta Selatan naik dari harga Rp6.500.000 menjadi Rp7.075.000.

Biaya inseminasi buatan di atas kami rangkum dari berbagai sumber, belum termasuk biaya lain-lain seperti pemeriksaan dokter, pembersihan vagina, pembersihan sperma, obat-obatan, vitamin, dan suntik penyubur kandungan. Biaya inseminasi tersebut juga tidak mengikat dan dapat berubah sewaktu-waktu, tergantung kebijakan rumah sakit.

[Update: Dian]