Update Harga Trenggiling per Ekor dan Sisiknya

Trenggiling mungkin bukan salah satu binatang yang populer di sebagian besar telinga awam. Namun, untuk beberapa orang, trenggiling bisa menjadi salah satu sumber mata pencaharian, meski ilegal. Pasalnya, harga trenggiling sekarang ditaksir mulai jutaan rupiah per ekor, bahkan sisik trenggiling juga bisa dijual per kg dengan harga yang sangat mahal. 

Trenggiling (sumber: wanaswara.com)
Trenggiling (sumber: wanaswara.com)

Karakteristik Trenggiling

Dilansir Wikipedia, trenggiling (juga disebut sebagai pemakan-semut bersisik) adalah mamalia dari ordo Pholidota. Satu keluarga yang masih ada, Manidae, memiliki tiga generasi, Manis yang terdiri dari empat spesies yang hidup di Asia, Phataginus yang terdiri dari dua spesies hidup di Afrika, dan Smutsia yang terdiri dari dua spesies (juga tinggal di Afrika). Hewan ini memiliki berbagai ukuran dari 30 cm sampai 100 cm (12-39 inch). Trenggiling ditemukan secara alami di daerah tropis di seluruh Afrika dan Asia.

Bacaan Lainnya

Trenggiling disebut ‘pangolin’ dalam bahasa Inggris, yang berasal dari kata ‘pengguling’. Sebutan itu berasal dari cara hewan ini dalam mempertahankan diri, yaitu menggulung diri dalam perlindungan sisik yang mirip baja jika ada ancaman. Trenggiling juga mampu melepas bau busuk untuk menghalau musuh. Sayangnya, kedua cara itu kerap tidak bisa menjaga mereka dari pemburu ilegal.

Sementara itu, menurut DW, bagi trenggiling, tidak ada musim tertentu untuk berkembang biak dan mengasuh anak. Tiap ekor biasanya hidup sendirian. Untuk berkembang biak, trenggiling jantan biasanya melepas urine di sejumlah tempat untuk menarik si betina, dan menunggu sampai ada betina yang datang. Setelah melahirkan anak, ibu trenggiling menggendong anaknya selama tiga bulan di atas ekornya.

Untuk makanannya, trenggiling makan serangga, seperti semut. Caranya dengan menjulurkan lidah untuk menangkap mangsa, kira-kira sebanyak 70 juta setahun. Jika lidah dijulurkan, panjangnya bisa lebih dari 40 cm, sehingga lebih panjang dari tubuhnya. Namun, trenggiling tidak punya gigi dan tidak bisa mengunyah. Makanan dicerna dengan bantuan protein dalam perut.

Dari delapan spesies trenggiling, hanya satu yang aktif di siang hari, yaitu trenggiling berekor panjang yang hidup di Afrika Barat dan Tengah. Sementara, tujuh lainnya aktif di malam hari. Yang hidup malam hari punya mata berukuran kecil dibandingkan besarnya tubuh. Akibatnya, mereka tidak bisa melihat dengan baik, dan mengandalkan penciuman dan pendengaran untuk mencari makanan.

Dengan cakarnya yang panjang dan melengkung, trenggiling dikatakan bisa memanjat cabang pohon atau menggali lubang, bahkan di tanah keras. Yang perlu Anda ketahui, spesies yang hidup di Afrika tinggal di pohon-pohon. Trenggiling pun bisa menggali lubang begitu besar sampai manusia bisa berdiri di dalamnya.

Trenggiling adalah satu-satunya mamalia bersisik. Karena mengandung banyak keratin, sisiknya diyakini berkhasiat bagi kecantikan dan kesehatan di sejumlah negara. Ini juga yang menyebabkan trenggiling banyak diburu. Tahun 2015 misalnya, aparat keamanan Indonesia menyita sedikitnya 125 kg sisik trenggiling dalam ke Hong Kong. Sebagian besar hasil perburuan liar dikirim ke Vietnam dan China.

Berapa usia rata-rata trenggiling jika hidup bebas hanya bisa diperkirakan, yaitu 20 tahun. Trenggiling jarang ditemukan di . Pasalnya, dalam kurungan, mereka cepat mati karena stres dan kurang makan. Yang paling lama hidup di kebun binatang tercatat 19 tahun. Meski demikian, di beberapa negara, upaya pelestarian trenggiling sudah digalakkan. Di Kamboja misalnya, ada inisiatif untuk merawat trenggiling yang cedera.

Trenggiling liar (sumber: Pinterest)
Trenggiling liar (sumber: Pinterest)

Trenggiling

  • Manis crassicaudata (Thick-tailed Pangolin); hidup di Bangladesh, India, Pakistan, dan Sri Lanka. Status konservasi Near Threatened.
  • Manis culionensis (Philippine Pangolin); hidup di Filipina. Status konservasi Near Threatened.
  • Manis javanica (Sunda Pangolin); hidup di Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, thailand, dan Vietnam. Status konservasi Endangered.
  • Manis pentadactyla (Chinese Pangolin); hidup di Bangladesh, Bhutan, China, Hong Kong, India, Laos, Myanmar, Nepal, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Status konservasi Endangered.
  • Phataginus tricuspis (White-bellied Pangolin); hidup di Angola, Benin, Kamerun, Afrika Tengah, Kongo, Equatorial Guinea, Gabon, Ghana, Kenya, Liberia, Nigeria, Rwanda, Sierra Leone, Sudan, Tanzania, Togo, Uganda, dan Zambia. Status konservasi Near Threatened.
  • Smutsia gigantea (Giant Ground Pangolin); hidup di Rwanda. Status konservasi Near Threatened.
  • Smutsia temminckii (Temminck’s Ground Pangolin); hidup di Angola, Botswana, Afrika Tengah, Chad, Ethiopia, Kenya, Malawi, Mozambique, Namibia, Afrika Selatan, Sudan, Swaziland, Tanzania, Uganda, Zambia, dan Zimbabwe. Status konservasi Least Concern.
  • Uromanis tetradactyla (Black-bellied Pangolin); hidup di Kamerun, Kongo, Equatorial Guinea, Gabon, Ghana, Liberia, Nigeria, dan Sierra Leone. Status konservasi Least Concern.

Meski termasuk hewan yang rawan punah dan dilindungi, masih banyak tangan-tangan jahil yang memburu trenggiling. Di Indonesia, salah satu kawasan perburuan trenggiling adalah di daerah Sumatera. Nantinya, setelah trenggiling ditangkap, biasanya akan diekspor ke beberapa negara tetangga, seperti Vietnam atau China. 

Harga Trenggiling

Salah satu alasan mengapa trenggiling ini banyak diburu adalah karena harganya yang mahal. Jual beli trenggiling sendiri bukanlah hal yang terjadi. Dilansir dari VOI, seorang penjual trenggiling membeli seekor trenggiling dari pelapak lain dengan harga Rp1 juta per ekor dan dijual kembali secara hidup dengan harga Rp3 juta per ekor. Pelaku ditangkap petugas kepolisian dan diamankan di Polda Sumatera Barat pada 2022 lalu.

Tak hanya daging, kulit trenggiling biasanya digunakan untuk tujuan pengobatan alternatif. Saat ini, harga untuk setiap kilogram kulit trenggiling sekitar USD 3.000 atau setara Rp45 jutaan. Padahal, satu ekor trenggiling dewasa biasanya berat kulitnya mencapai 3 kilogram. Artinya, penjual trenggiling bisa meraih untung untuk sisiknya saja hingga Rp135 juta per ekor.

[Update: Ditta]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar