Dosis dan Update Harga Ranitidin Injeksi di Apotek

Ranitidin adalah obat yang biasa digunakan untuk menangani gangguan yang terjadi pada perut dan usus, serta mencegah masalah tersebut kambuh setelah berhasil ditangani. Dapat diberikan melalui (oral) maupun dengan cara injeksi, obat ini sudah tersedia di apotek dengan harga bervariasi, tergantung produk pilihan.

Ilustrasi: Ranitidin Injeksi (credit: Steemit)
Ilustrasi: Ranitidin Injeksi (credit: Steemit)

Sudah banyak perusahaan farmasi yang meluncurkan produk Ranitidin dalam berbagai sediaan, seperti tablet dan injeksi. Ranitidin injeksi biasanya dijadikan sebagai pengobatan alternatif untuk yang tidak dapat diterapi secara oral untuk mengobati tukak lambung dan tukak usus dua belas jari.

Bacaan Lainnya

Indikasi Ranitidin Injeksi

  • Menurunkan kadar asam lambung yang berlebihan.
  • Menangani Gastroesophageal reflux disease (GERD), yaitu penyakit yang disebabkan oleh iritasi asam lambung. biasanya mengalami sensasi terbakar pada area dada dan kerongkongan.
  • Digunakan untuk menangani erosif esophagitis, meskipun dibandingkan obat-obat golongan penghambat pompa proton seperti omeprazole atau lansoprazole, efektivitasnya lebih rendah.
  • Zollinger ellison syndrome, atau penyakit langka akibat adanya tumor di pankreas atau karena usus dua belas jari melepaskan hormon yang menyebabkan kelebihan sekresi asam lambung. Saat ini obat-obat penghambat pompa proton (PPI) lebih dipilih untuk tujuan ini.
  • Untuk mengobati penyakit maag, obat-obat antagonis H2 seperti Ranitidine lebih banyak dipilih dibanding antasida karena durasi kerjanya lebih lama dan efektivitasnya lebih tinggi.

Untuk kontraindikasi Ranitidin yakni tidak disarankan bagi penderita dengan riwayat porfiria akut. Anda juga tidak disarankan menggunakan Ranitidin apabila memiliki riwayat hipersensitif pada Ranitidin atau obat golongan antagonis reseptor H2 lainnya. Sebelum memakai obat ini, ada baiknya Anda mendiskusikan kepada dokter Anda mengenai alergi yang Anda miliki, pengobatan lain yang sedang Anda jalani, gangguan kesehatan yang Anda miliki, serta bila Anda sedang mengandung dan menyusui.

Penggunaan Ranitidin Injeksi

Pemberian Ranitidin dengan cara injeksi biasanya hanya dilakukan untuk pengobatan jangka pendek. Ranitidin akan diberikan dengan disuntikkan hanya saat Anda sedang dalam posisi tidak dapat mengonsumsi obat tersebut dengan melalui mulut (oral). Dokter Anda seharusnya akan menyarankan Anda untuk mengonsumsi obat tersebut melalui mulut kembali saat kondisi Anda telah memungkinkan.

Ilustrasi: obat injeksi (sumber: healthline.com)
Ilustrasi: obat injeksi (sumber: healthline.com)

Ranitidin injeksi biasanya diberikan dengan menyuntikkannya melalui pembuluh darah vena maupun otot sesuai instruksi dokter. Injeksi biasanya dilakukan selama 5 hingga 20 menit dengan selang waktu setiap 6 hingga 8 jam. Dosis yang diberikan dan lama perawatannya bergantung kepada kondisi medis pasien. Pada anak-anak, selain berdasarkan kondisi medis, pertimbangan lainnya adalah berapa berat badan anak tersebut.

Dosis Ranitidin Injeksi

  • IM 50 mg (tanpa pengenceran) tiap 6-8 jam.
  • Infus IV kontinu: 150 mg diencerkan dalam 250 ml larutan Dextrose 5% atau larutan IV yang cocok dan diberikan via infus dengan kecepatan 6.25 mg/jam selama 24 jam.
  • Dapat dilanjutkan dengan dosis 150 mg 2 kali sehari per oral apabila telah mulai bisa makan.

Sebelum penggunaan, baik di klinik maupun kediaman Anda, ada baiknya untuk Anda melakukan pengecekan kondisi kemasan lebih dahulu. Injeksi yang dilakukan oleh Anda sendiri diperbolehkan, hanya jika Anda telah yakin benar-benar memahami instruksinya sesuai dengan yang dikatakan petugas kesehatan Anda. Ada baiknya juga Anda mengetahui bagaimana cara menyimpannya dan laporkan segera ke dokter saat Anda tidak merasakan adanya perubahan selama beberapa waktu pemakaian atau justru bertambah buruk.

Efek Samping Ranitidin Injeksi

Beberapa efek samping mungkin terjadi, seperti sakit kepala, sulit buang air besar hingga nyeri dan muncul kemerahan pada daerah sekitar lokasi injeksi. Hubungi segera dokter Anda bila Anda bahkan mulai mengalami peningkatan efek samping seperti penglihatan buram, perubahan suasana hati, perasaan kelelahan yang amat sangat, perubahan detak jantung, nyeri pada perut, warna urine menjadi gelap, dan beberapa gejala infeksi seperti demam hingga menggigil.

Peringatan Pemakaian Ranitidin Injeksi

Ilustrasi Obat Suntik (sumber: okey-invest.ru)
Ilustrasi Obat Suntik (sumber: okey-invest.ru)
  • Harap berhati-hati bagi penderita gangguan ginjal.
  • Waspada bagi yang mengalami pendarahan, sulit menelan, muntah, dan penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas.
  • Ranitidin ikut keluar bersama air susu ibu (ASI), dengan konsentrasi puncak terlihat 5,5 jam setelah pemberian. Bagi wanita hamil dan menyusui, sesuaikan dengan anjuran dokter.
  • Selama menggunakan obat ini, hindari konsumsi makanan atau minuman yang dapat memperparah gejala Anda agar efektivitas obat maksimal, misalnya makanan pedas, cokelat, tomat, minuman keras, dan minuman panas, khususnya kopi. Anda juga dianjurkan untuk berhenti merokok karena merokok dapat memicu produksi asam lambung.
  • Hentikan pemakaian Ranitidin jika terjadi reaksi alergi, seperti ruam, gatal, sakit tenggorokan, demam, arthralgia, pucat, atau tanda-tanda lainnya.
  • Hati-hati memberikan Ranitidin untuk pasien dengan disfungsi hati.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia akhirnya mengeluarkan surat perintah penarikan obat Ranitidin yang biasa digunakan untuk mengobati penyakit lambung dan usus sejak awal Oktober 2019 lalu. Setelah melakukan pengujian sampel atas obat yang sudah diedarkan sejak 30 tahun silam ini, BPOM akhirnya menarik berbagai merk obat Ranitidin dari pasaran. Beberapa apotek pun kabarnya sudah menghentikan penjualan Ranitidine yang mengandung MDMA.

Obat Ranitidine terpaksa ditarik dari peredaran karena ditemukannya senyawa N-Nitrosodimetilamin yang terkandung dalam obat oleh FDA dan European Medicines Agency (EMA). Senyawa MDMA sendiri digadang-gadang dapat memicu penyakit kanker (bersifat karsinogen). Obat asam lambung yang memiliki kandungan senyawa NDMA tersebut kabarnya paling banyak ditemukan dalam Ranitidine bentuk untuk suntikan.

Ranitidin yang Ditarik BPOM

  • Ranitidine Cairan Injeksi 25 mg/ml produksi PT Phapros Tbk.
  • Zantac Cairan Injeksi 25 mg/ml produksi PT Glaxo Wellcome Indonesia.
  • Rinadin Sirup 75 mg/5ml produksi PT Global Multi Pharmalab.
  • Indoran Cairan Injeksi 25 mg/ml dan Ranitidine Cairan Injeksi 25 mg/mL produksi PT Indofarma.
  • Ranitidin HCl tablet salut selaput 150 mg produksi PT Pharos Indonesia.
  • Conranin tablet salut selaput 150 mg produksi PT Armoxindo Farma.
  • Radin tablet salut selaput 150 mg dan Ranitidine HCl Tablet Salut Selaput 150 mg produksi PT Dexa Medica.

Namun pada 20 November 2019, ada beberapa obat asam lambung Ranitidin yang diizinkan beredar kembali oleh BPOM karena terbukti tidak tercemar NDMA melebihi ambang batas. Total ada sekitar 37 obat Ranitidin yang dapat diedarkan kembali. Ranitidin produksi PT Hexpharm Jaya dan Dexa Medica termasuk dua obat yang beredar kembali di pasaran. Berikut informasi harga Ranitidin Injeksi tersebut di apotek.

Harga Ranitidin Injeksi

Jenis Ranitidin Injeksi          Harga
Ranitidin HCl injeksi 1 ampul 25 mg/mLRp8.500
Ranitidin HCl injeksi isi 5 ampul 25 mg/mLRp65.000 per box
Ranitidin HCl injeksi isi 10 ampul 25 mg/mLRp85.000 per box
Ranitidine Ampul 50 mg/2 mL x 25’s Dexa MedicaRp71.000 per box

Hingga saat ini, harga Ranitidin Ampul 50 mg/2 mL x 25’s Dexa Medica relatif stabil. Sementara itu, harga Ranitidin HCl injeksi 25 mg/mL sedikit naik dari Rp5 ribu menjadi Rp8.500 per ampul. Apabila Anda ingin membeli sediaan tablet, kini tersedia Ranitidine Dexa 150 mg yang dijual dengan harga mulai Rp314 per tablet, relatif stabil dari tahun lalu seharga Rp313 per tablet. Untuk info lebih lanjut, Anda bisa mengunjungi toko obat terdekat atau memesannya secara online.

[Update: Ditta]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *