Asal-Usul dan Harga Tahu Takwa Kediri per Besek

Banyak kota atau kabupaten di Indonesia yang memiliki julukan tersendiri, biasanya berdasarkan produk khas daerah setempat. Palembang misalnya, dijuluki Kota Pempek, sedangkan Lamongan dikatakan sebagai Kota Soto. Nah, khusus untuk Kediri, kerap disebut sebagai Kota Tahu lantaran memang terkenal akan produk tahunya yang dinamai tahu takwa. Selain langsung di daerah asalnya, Anda pun sudah bisa membeli tahu takwa lewat sejumlah online shop dengan harga rata-rata puluhan ribu rupiah per wadah atau besek.

Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan tahu. Ini adalah salah satu lauk favorit masyarakat di Indonesia, selain tempe. Rata-rata konsumsi tahu adalah 2,24 gram per kapita per hari, sedangkan rata-rata konsumsi tempe sebesar 2,30 gram per kapita per hari.^[1] Meskipun konsumsi tahu di Indonesia lebih sedikit dibandingkan tempe, makanan ini digemari masyarakat karena harganya yang murah dan dapat dimasak dengan berbagai cara.^[2][3]

Tidak cuma murah, tahu juga dikenal sebagai makanan yang kaya akan kandungan protein karena terbuat dari kacang kedelai. Kacang kedelai dan produk olahannya dikatakan menyumbang sekitar 21,7 persen dari total protein yang dikonsumsi penduduk, sedangkan rerata konsumsi kacang kedelai dan olahannya sebesar 52,7 gram atau memberikan sumbangan sebesar 92,9 persen dari neraca berat total kacang-kacangan yang dikonsumsi penduduk.^[4]

Sejarah dan Ciri Tahu Takwa Kediri

Biasanya, tahu memang berwarna putih. Namun, ada juga tahu yang berwarna kuning. Bernama tahu takwa, produk ini merupakan makanan khas Kediri yang konon sudah eksis sejak tahun 1912 silam. Saat ini, tahu takwa produksi Kediri tidak cuma terkenal di dalam negeri, tetapi juga telah tersohor di pasaran luar negeri.

Seperti dilansir dari website resmi Pemerintah Kota Kediri, sejarah tahu takwa berasal dari imigran asal Tiongkok yang datang ke Kediri sekitar tahun 1900. Saat itu, warga Tiongkok akan membuat banyak olahan tahu untuk merayakan sebuah acara. Dulunya, di wilayah Kediri belum ada orang yang memproduksi tahu. Saat warga Negeri Panda melihat tekstur air antara Kediri dan Tiongkok sama, mereka pun tertarik untuk memproduksi tahu.

Dalam sejarah Chu Ku Fei dari china, awalnya warga Tiongkok membuat tahu berwarna putih. Namun, karena melihat Kota Kediri identik dengan bangunan bernuansa kuning di sepanjang jalan, maka dibuatlah tahu kuning sebagai simbol hubungan Tiongkok dan Kediri. Seiring waktu, tahu ini juga disebut dengan tahu takwa. Nama ini berasal dari suku Hokkian yang bernama “kwa”, sehingga dengan adanya peleburan pelugatan dari Tiongkok ke Jawa, penyebutannya menjadi “takwa”.

Tidak seperti tahu yang berwarna putih, tahu takwa secara umum punya tekstur yang lebih padat dan kenyal, serta memiliki kadar air yang lebih rendah dibandingkan tahu sayur. Karena itu, dalam pembuatannya, dibutuhkan lebih banyak bahan, bahkan hingga dua sampai tiga kali lipat dibandingkan bahan untuk membuat tahu sayur.

Sementara itu, warna kuning pada tahu ini didapatkan dari pewarna alami, yaitu kunyit. Pemakaian warna alami ini tentunya lebih sehat dan menambah cita rasa tahu. Uniknya, rasa kunyit tahu takwa tidak terlalu mencolok, bahkan terkesan lezat saat dikonsumsi. Saat kita membelinya, tahu-tahu ini biasanya akan dibungkus dengan besek yang terbuat dari anyaman bambu yang dibentuk wadah.

Saat ini, untuk mendapatkan tahu takwa tidaklah sulit. Anda tidak harus pergi ke Kediri terlebih dahulu untuk bisa merasakan kelezatan tahu tersebut. Pasalnya, sudah banyak pedagang yang menawarkan tahu kuning di berbagai platform jual beli online. Sebagai referensi, berikut kami sajikan informasi kisaran harga tahu takwa khas Kediri.

Harga Tahu Takwa Kediri

Informasi harga tahu takwa khas Kediri di atas kami rangkum dari berbagai sumber, termasuk sejumlah situs jual beli online dan aplikasi layanan pesan antar. Perlu Anda catat bahwa harga tahu takwa tersebut tidak mengikat dan dapat berubah sewaktu-waktu. Selain itu, harganya kemungkinan bisa berbeda di masing-masing pedagang meski produk yang ditawarkan sama.

^[1] Badan Pusat Statistik. 2015. Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

^[2] Badan Ketahanan Pangan. 2012. Roadmap Diversifikasi Pangan 2011-2015. Jakarta: Kementerian Pertanian.

^[3] Pradata, Yuni. 2005. Aneka Masakan Tahu. Depok: PT Agro Media Pustaka.

^[4] Aziza, Misrina Ulil, et al. 2017. Perbedaan Kadar Formalin pada Tahu Putih di Tingkat Produsen dan Pedagang Kota Semarang Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 5(1): 291-300.