Update Harga Sewa Kapal Phinisi Labuan Bajo (Harian dan per Orang)

Labuan Bajo perlahan menjadi salah satu destinasi wisata banyak orang karena menawarkan pesona alam yang elok tiada tara. Jika menikmati Labuan Bajo dari darat sudah mainstream, bagaimana jika Anda mencoba mengeksplorasi keindahan daerah tersebut menggunakan kapal phinisi? Jika berminat, Anda harus menyiapkan anggaran yang cukup besar karena harga sewa kapal phinisi di Labuan Bajo memang cukup mahal, bahkan bisa mencapai angka puluhan hingga ratusan juta rupiah per hari.

Kapal Phinisi (sumber: detik)
Kapal Phinisi (sumber: detik)

Pesona Labuan Bajo

Nama Labuan Bajo beberapa tahun belakangan ini memang semakin terangkat. Area yang berlokasi di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur tersebut sekarang telah menjadi destinasi favorit banyak pelancong, baik dari dalam negeri maupun mancanegara, karena punya pemandangan alam yang menakjubkan, tidak kalah dengan daerah lain.

Bacaan Lainnya

Sejak dulu, daerah Kabupaten Manggarai Barat memang telah terkenal memiliki banyak wisata alam. Bahkan, Labuan Bajo sempat disimbolkan pemerintah setempat sebagai ‘Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional’ yang berfungsi sebagai tiang penyangga pendapatan asli daerah.[1] Ini terbukti dengan semakin banyaknya turis yang datang, dari semula 19.511 orang wisatawan mancanegara pada tahun 2006 menjadi 30.415 pelancong luar negeri pada tahun 2009.

Ada banyak spot wisata yang dapat Anda kunjungi ketika sedang bepergian ke Labuan Bajo, dan yang paling terkenal adalah Pulau Komodo. Sejak pulau ini ditetapkan sebagai salah satu keajaiban dunia pada tahun 2011, kunjungan wisatawan ke sana meningkat drastis, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Hal tersebut yang akhirnya mendorong Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjadikan Pulau Komodo sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).[2]

Tidak cuma Pulau Komodo yang menjadi andalan daerah ini. Anda pun bisa berwisata ke Pulau Rinca, yang masih terletak di Kepulauan Komodo. Pulau ini memiliki gunung dengan ketinggian 670 mdpl, memungkinkan Anda melihat sekeliling Flores yang indah. Ada pula Air Terjun Cunca Wulang, yang sekilas mirip dengan Green Canyon di Pangandaran. Sementara itu, untuk Anda yang doyan ketinggian, bisa datang ke Wae Rebo, salah satu desa yang dijuluki Negeri di Atas Awan.

Fasilitas mewah Kapal Phinisi Labuan Bajo (sumber: komodoboat.com)
Fasilitas mewah Kapal Phinisi Labuan Bajo (sumber: komodoboat.com)

Bagi mereka yang ingin mengeksplorasi keindahan lautnya, bisa langsung meluncur ke Pantai Pink. Sebenarnya bernama Pantai Tangsi, sebutan Pantai Pink muncul karena pasir pantai tersebut tampak berwarna merah muda jika dilihat dari kejauhan. Warna merah muda ini sebenarnya berasal dari koral, pecahan karang, dan kalsium karbonat yang berasal dari hewan laut yang banyak terdapat di perairan dangkal Pantai Pink.[3]

Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengeksplorasi keindahan alam Labuan Bajo. Jika Anda bosan berwisata di darat, tidak ada salahnya untuk menikmati panorama Labuan Bajo dari atas kapal. Ada beberapa jenis kapal yang sudah bisa Anda sewa di kawasan ini, antara lain kapal yacht, speedboat, serta yang paling unik, kapal phinisi.

Anda mungkin pernah mendengar tentang kapal phinisi atau pinisi. Ini adalah kapal kayu legendaris yang berasal dari Bulukumba, Sulawesi Selatan dan kabarnya sudah dibuat sejak abad ke-14 silam. Kapal pinisi adalah sejenis kapal tradisional suku Bugis yang memang sudah terkenal sebagai pembuat perahu dan pelaut. Yang unik dari kapal ini adalah memiliki tujuh layar, tiga di ujung depan, dua di bagian depan, dan dua di bagian belakang, yang berguna sebagai pembantu alat gerak kapal ketika berlayar.

Hal unik lainnya dari kapal pinisi adalah pembuatannya yang masih menggunakan teknik tradisional, mulai dari penggunaan alat hingga cara pemasangan berbagai komponen kapal. Kapal ini pun lebih sering dibuat langsung di bibir pantai, sehingga bisa langsung didorong ke laut setelah jadi. Dengan segala keunikan yang dimiliki, kapal pinisi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO sebagai warisan budaya takbenda pada tahun 2017 lalu.

Saat ini, sudah banyak perusahaan atau agen travel yang menawarkan layanan naik kapal phinisi untuk berkeliling Labuan Bajo. Namun, untuk merasakan kenikmatan naik kapal ini, Anda harus menyiapkan dana yang besar. Pasalnya, harga sewa kapal di Labuan Bajo dapat dikatakan sangat mahal. Lalu, berapa sih harganya?

Harga Sewa Kapal Phinisi Labuan Bajo

Kapal Phinisi Labuan Bajo (sumber: travellinotour.com)
Kapal Phinisi Labuan Bajo (sumber: travellinotour.com)
Jenis Kapal Phinisi Harga Sewa Harian Harga Sewa per Orang
Al Fathran Rp42.000.000
Maipa Deapati Rp43.000.000
Helena Rp46.000.000
Dream Ocean Rp47.000.000
Supraba Rp48.500.000
Cajoma Rp49.000.000
Cordelia Rp50.000.000 Rp2.500.000 – Rp7.500.000
Lanissa Rp55.000.000
Adishree Rp60.000.000
Gandiva Rp60.000.000
Cajoma V Rp64.000.000
Lamborajo II Rp65.000.000
Pinta Rp68.000.000
Andamari Rp69.000.000
Zada Nara Rp69.000.000
Ocean Pro II Rp73.000.000
Yumana Rp73.000.000
Vinca Rp75.000.000
Elbark Rp95.000.000 Rp4.500.000 – Rp6.000.000
Chakana Rp105.000.000

Harga sewa kapal phinisi di Labuan Bajo tersebut sudah kami rangkum dari berbagai sumber, termasuk keterangan pihak pengelola. Perlu Anda ingat bahwa tarif sewa kapal pinisi di atas tidak mengikat dan dapat berubah sewaktu-waktu. Sebagai perbandingan, pada tahun lalu, harga sewanya mulai Rp47,7 juta per hari, tergantung kapal dan mulai Rp3,2 jutaan per orang.

(: Panca)

[1] Marry dan Luciana Kristanto. 2013. Hotel Resor dan Fasilitas Wisata Kuliner di Labuan Bajo. Jurnal eDimensi Arsitektur Vol. 1(2): 14-21.

[2] Moi, Stephanie Andriani. 2017. Implementasi Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Rangka Asean Tourism Strategic Plan 2011-2015 terhadap Pengelolaan Pariwisata di Labuan Bajo. Jurnal Analisis Hubungan Internasional Vol. 6(2): 123-132.

[3] Fanny, I Wayan Swandi, Alvin Raditya. 2014. Perancangan Destination Branding Pantai Pink Kabupaten Lombok Timur. Jurnal DKV Adiwarna Universitas Kristen Petra, Vol. 1(4).

Pos terkait