Update Harga Parasut Paralayang (Baru dan Bekas)

Jika Anda mengaku suka menantang adrenalin dan tidak takut dengan ketinggian, bermain paralayang bisa Anda coba. Mirip dengan terjun payung, Anda akan diajak berputar-putar di udara selama beberapa menit menggunakan parasut. Namun, untuk bisa menekuni kegiatan ini, harga yang dibayarkan sangat mahal, karena memang keselamatan adalah faktor yang paling penting.

Mengenal Paralayang

Paralayang, seperti dikutip dari Wikipedia, adalah olahraga terbang bebas dengan menggunakan sayap kain (parasut) yang lepas landas dengan kaki untuk tujuan rekreasi atau kompetisi. Olahraga ini biasanya lepas landas dari lereng bukit atau gunung dengan memanfaatkan angin. Angin yang dipergunakan sebagai sumber daya angkat parasit terdiri dari dua macam yaitu, angin naik yang menabrak lereng (dynamic lift) dan angin naik yang disebabkan karena thermal (thermal lift).[1] Yang menarik adalah bahwa semua yang dilakukan itu tanpa menggunakan mesin, hanya semata-mata memanfaatkan angin.

Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa spot wisata yang menyediakan arena bermain paralayang. Salah satu yang paling terkenal terletak di kawasan Gunung Banyak, Kota Batu. Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) dan Federation Aeronautique International (FAI) menilai lokasi Gunung Banyak ini paling layak untuk menggelar pertandingan paralayang tingkat dunia karena memiliki standar dan tingkat kesulitan grade I (tertinggi).[2]

Kelebihan tempat ini adalah punya bukit dengan kemiringan hingga 45 derajat dan lokasi lepas landas di puncak bukit yang relatif luas serta akses yang sangat mudah dijangkau.[3] Selain itu, fasilitas dan sarana yang tersedia di Gunung Banyak pun relatif lebih memadai dibandingkan lokasi paralayang lainnya di Indonesia. Bahkan, pengunjung kabarnya dapat melakukan kegiatan paralayang di malam hari jika temperatur udara bagus, dengan suhu udara berkisar 15 sampai 19 derajat Celcius.

Spot paralayang lainnya juga dapat Anda temukan saat berlibur ke Bali. Di Pulau Dewata, ada sejumlah tempat yang sudah terkenal dengan wisata paralayang-nya. Paralayang Bukit Timbis misalnya, mengajak wisatawan ‘terbang’ dari ketinggian sekitar 300 meter di atas permukaan dan menempuh perjalanan sejauh 1,2 km. Sementara itu, Paralayang Pantai Pandawa menyajikan pemandangan lautan lepas, tebing tinggi, dan pasir putih bersih dari ketinggian.

Jenis Parasut Paralayang

Perlengkapan penting dalam olahraga paralayang antara lain parasut utama dan cadangan, harness, dan helmet. Sementara, perlengkapan pendukung terbang yang diperlukan di antaranya variometer, radio/HT, GPS, windmeter, peta lokasi terbang, dan lain-lain. Selain itu, juga dibutuhkan baju terbang khusus atau flight suit, sarung tangan, dan sepatu berleher tinggi/boot.

Dari sekian peralatan yang diperlukan, parasut menjadi piranti yang paling penting. Jenis parasut yang digunakan sendiri sangat tergantung dari tingkat kemampuan penerbang dan berat penerbang. Setidaknya, terdapat tiga jenis parasut paralayang, yakni parasut untuk pemula (standard), parasut untuk penerbang menengah (performance), dan parasut untuk penerbang mahir (competition).

Untuk model standard, meskipun lebih direkomendasikan untuk para penerbangan pemula, jenis ini sudah memiliki tingkat stabilitas yang cukup tinggi. Ukuran parasut juga harus sesuai dengan berat para penerbang. Ukuran yang tersedia antara lain XS, S, M, L serta LL untuk terbang berdua/tandem. Semakin berat bobot penerbang, maka semakin besar pula ukuran parasut yang dipakai.

Selain fisik dan mental, untuk memainkan paralayang, biaya yang perlu Anda keluarkan juga relatif mahal, termasuk saat hendak membeli parasut. Pasalnya, harganya tidak jutaan, melainkan sudah mencapai angka puluhan juta rupiah. Tahun lalu, di salah satu situs jual beli online, parasut Velocity Elektra ukuran 26 made in USA dijual dengan harga 49,7 jutaan. Sementara, parasut Nova Prion-3 ukuran S made in USA saat ini ditawarkan dengan harga berkisar Rp63,7 jutaan. Berikut informasi terbaru perbandingan harga parasut paralayang pada 2021 dan 2022.

Harga Parasut Paralayang

Dibandingkan tahun 2021 lalu, harga parasut paralayang tahun 2022 mengalami beberapa perubahan. Jika produk impor dijual dengan harga yang sangat mahal, tidak demikian dengan parasut buatan dalam negeri. Kabarnya, parasut lengkap untuk parasailing buatan lokal harganya tidak sampai Rp2 jutaan, sedangkan parasut untuk terbang tandem dilepas dengan harga Rp5 juta hingga Rp6 jutaan. Meski jauh lebih murah, tetapi dikatakan sudah diuji terbang dan dapat mengapung dengan baik di udara.

Nah, apabila Anda merasa biaya untuk melakukan paralayang sangat mahal, Anda memang tidak perlu memaksakan diri untuk membeli peralatannya. Pasalnya, Anda bisa mencoba bermain olahraga ini di sejumlah tempat di Indonesia. Di kawasan Gunung Banyak misalnya, tarif paralayang terbang tandem dipatok Rp400 ribu per orang, sedangkan di kawasan Puncak, Bogor, harganya berkisar Rp538 ribu hingga Rp575 ribu untuk sekali terbang.

Tips Bermain Paralayang

Karena merupakan olahraga ekstrem, diperlukan tips-tips khusus untuk bisa bermain dan menikmati kegiatan paralayang. Dilakukan di atas udara, tentu saja Anda harus tidak takut ketinggian jika ingin mencoba permainan ini. Apabila Anda ternyata memiliki fobia ketinggian atau acrophobia, bukan kesenangan yang akan diperoleh, melainkan trauma.

Untuk mereka yang merasa masih pemula, lebih mencoba paralayang tandem terlebih dahulu, yakni dengan ditemani pemandu di belakang Anda, Paralayang tandem jauh lebih aman dibandingkan Anda harus terbang solo. Pasalnya, Anda akan ditemani pemandu yang telah memiliki lisensi, yang akan menjaga dan mengarahkan Anda selama terbang di atas langit.

Seperti disinggung di atas, salah satu hal terpenting dalam permainan paralayang adalah keselamatan. Untuk itu, pastikan Anda sudah menyiapkan peralatan yang lengkap. Jika Anda kebetulan bermain paralayang di sebuah tempat wisata, biasanya sudah disediakan peralatan untuk menjaga keamanan wisatawan. Anda cukup mengikuti semua instruksi yang diberikan, misalnya aba-aba ketika akan turun, tali mana yang harus ditarik, bagaimana cara memasang harness yang benar, dan lainnya.

Nah, jika Anda kebetulan ingin mengabadikan pemandangan dari udara atau diri ketika sedang bermain paralayang, Anda memang bisa mengambil gambar dengan kamera pribadi. Namun, untuk mendapatkan gambar terbaik, pastikan Anda melakukan aksi paralayang pada saat cuaca cerah dan angin sedang bersahabat. Banyak yang bilang waktu terbaik bermain paralayang adalah pada pagi hari, karena anginnya relatif tenang dan tidak terlalu kencang.

Jenis foto yang cocok diambil ketika melakukan aksi paralayang adalah foto aerial. Jika ingin mendapatkan foto ini, turis sebaiknya menyiapkan kamera mirrorless atau DSLR sebelum berangkat. Jangan lupa untuk melaporkan kehadiran kamera ini pada guide agar barang Anda tetap berada dalam kondisi aman ketika terjun. Sebelum terjun, cobalah atur beberapa bagian pada kamera secara manual agar foto yang dihasilkan terlihat menawan.

Cara yang paling praktis untuk mendapatkan foto terbaik saat paralayang adalah mengajak teman untuk dijadikan juru foto. Dengan kamera yang punya lensa bagus, mintalah teman Anda untuk memotret aksi terbang Anda dari jarak jauh. Kombinasi indah warna-warni parasut paralayang dan langit biru tentu menarik untuk diabadikan dengan lensa kamera.

Meski terbang di ketinggian, tidak mustahil jika Anda ingin melakukan swafoto ketika bermain paralayang. Untuk keperluan ini, Anda disarankan membawa action cam atau kerap disebut tongsis. Perlu diperhatikan, pastikan penahan smartphone Anda sudah terikat kuat dan aman jika hendak memakai tongkat tersebut. pasang tali tongsis di pergelangan tangan sekuat-kuatnya sebelum terjun untuk mencegah tongsis terjauh ketika lepas dari pegangan tangan.

[Update: Dian]

[1]Indardi, Nanang dan Sahri. 2020. Pengembangan Paralayang Ternadi di Kabupaten Kudus. Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, Vol. 10(1): 19-22.

[2]Paramitha, Kartika Chandra dan Asidigisianti Surya Patria. 2016. Perancangan Media Komunikasi Visual untuk Promosi Wisata Paralayang di Batu. Jurnal Pendidikan Seni Rupa UNESA, Vol. 4(2): 293-299.

[3] Ibid.