Kelebihan dan Update Harga Lem Povinal (Kecil, Sedang, Besar)

Jika Anda kerap membuat kerajinan dari bahan kertas, pasti  tidak asing lagi dengan lem Povinal. Ini adalah salah satu merk lem yang sudah cukup populer untuk merekatkan kertas, serta bisa pula digunakan sebagai bahan dasar pembuatan slime karena punya tekstur gel yang kenyal. Hadir dalam berbagai ukuran, mulai kecil hingga besar, harga lem ini ternyata sangat terjangkau.

Lem untuk Kerajinan dari Bahan Kertas - www.istockphoto.com
Lem untuk Kerajinan dari Bahan Kertas – www.istockphoto.com

Perekat, juga dikenal sebagai lem, semen, lendir, atau pasta, dapat dikatakan sebagai zat non-logam, biasanya lengket, yang diaplikasikan pada satu atau kedua permukaan dari dua benda terpisah yang mengikatnya dan menahan pemisahannya.[1] Konon, zat seperti perekat sudah digunakan masyarakat sekitar 200 ribu yang lalu,[2] ketika Neanderthal menghasilkan tar dari distilasi kering kulit kayu birch untuk digunakan dalam mengikat perkakas ke gagang kayu.

Bacaan Lainnya

Referensi pertama untuk perekat dalam literatur muncul sekitar tahun 2000 SM. Orang Yunani dan Romawi memberikan kontribusi besar untuk pengembangan lem. Di Eropa, lem memang tidak banyak digunakan sampai periode 1500–1700 Masehi. Sejak saat itu, hingga tahun 1900-an, peningkatan penggunaan dan penemuan perekat relatif bertahap. Kemudian, sejak abad terakhir, perkembangan perekat sintetis dipercepat dan inovasi di bidang ini terus berlanjut hingga saat ini.

Pada zaman dahulu, lem dibuat dari bahan-bahan alam seadanya, seperti dari tulang binatang, tulang ikan, karet, tar, maupun susu, yang sering dipakai untuk merekatkan keramik atau bebatuan sebagai hiasan. Kemudian, fungsi lem berkembang sebagai perekat kertas, menggunakan bahan butir nasi maupun tepung kanji yang dipanaskan.

Penggunaan perekat menawarkan keuntungan tertentu dibandingkan teknik pengikatan lainnya seperti menjahit, pengikatan mekanis, atau pengelasan. Lem dikatakan memiliki kemampuan untuk mengikat material yang berbeda bersama-sama, punya distribusi tegangan yang lebih efisien di seluruh sambungan, efektivitas biaya dari proses yang mudah dimekanisasi, dan fleksibilitas yang lebih besar dalam desain.

Meski demikian, lem juga memiliki kelemahan, termasuk penurunan stabilitas pada suhu tinggi, kelemahan relatif dalam mengikat benda besar dengan luas permukaan ikatan yang kecil, dan kesulitan yang lebih besar dalam memisahkan benda selama pengujian. Selain itu, beberapa lem tertentu membuat tangan kita rentan lengket dan susah dihilangkan.

Di pasaran, sudah tersedia berbagai merk lem yang kerap digunakan masyarakat. Lem UHU menjadi salah satu yang terkenal karena tergolong jenis lem kertas yang diklaim mampu merekatkan sol sepatu dengan rekat kuat. Kemudian, ada pula lem Castol, yang merupakan perekat multifungsi, tidak hanya dapat merekatkan kertas, tetapi juga sol sepatu dan sandal dengan daya rekat yang dikatakan kuat.

Merk lainnya yang juga populer adalah Lem G, merupakan produk yang berasal dari Korea dan disebutkan memiliki daya rekat kuat, serta bisa digunakan untuk merekatkan kertas, sol sepatu, dan sandal. Namun, lem ini mudah kering, sehingga harus segera ditutup sesaat setelah digunakan. Produk yang tidak kalah terkenal adalah lem Alteco, yang punya daya rekat tinggi, bisa digunakan merekatkan sol sepatu dan sandal, memiliki ciri fisik bertekstur cair dan bening serta mudah sekali mengering.

Kelebihan Lem Povinal

Selain brand-brand di atas, ada pula lem Povinal. Ini adalah produk yang biasanya digunakan untuk merekatkan atau menempelkan kertas. Lem ini punya karakteristik bening dan cair, membuatnya cukup dikenal masyarakat luas. Dengan harga yang cukup terjangkau, produk ini pun mudah ditemukan di berbagai kelontong, minimarket, supermarket, fotokopi, toko alat tulis kantor (ATK), bahkan situs jual beli .

Lem Povinal (sumber: blibli)
Lem Povinal (sumber: blibli)

Tidak hanya punya daya rekat tinggi, lem Povinal juga dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat slime. Karena itu, tidak heran jika kemudian lem ini sering disebut sebagai lem slime. Kenapa Povinal sering dipilih sebagai bahan untuk membuat slime, karena produk ini punya tekstur gel yang kenyal, tidak seperti lem pada umumnya, serta mudah dibentuk dan dimodifikasi.

Cara Membuat Slime dengan Lem Povinal

Nah, apabila Anda tertarik membuat slime menggunakan lem Povinal, caranya tidak sulit. Anda cukup menyediakan satu botol lem Povinal, obat sariawan atau obat tetes mata sebagai slime activator, pewarna makanan sesuai selera Anda, wadah dan pengaduk, serta kain lap yang bersih. Anda pun bisa menggunakan deterjen cair jika menginginkan slime memiliki aroma yang wangi.

Setelah semua bahan tersedia, siapkan wadah yang bersih lalu tuang satu botol lem Povinal. Kemudian, tambahkan obat sariawan atau obat tetes mata sebanyak tiga tetes ke dalam wadah berisi lem tersebut sambil diaduk secara perlahan. Aduk terus hingga adonan mengental dan tercampur dengan rata sekitar 10 menit. Lem Povinal akan menjadi kental jika terus diaduk. Saat adonan sudah mulai mengental, masukkan pewarna makanan secukupnya dengan warna sesuai dengan keinginan Anda, dan aduk hingga rata.

Jika Anda mengganti obat tetes mata dengan deterjen cair, prosedur yang dilakukan hampir sama. Pertama, tuangkan lem Povinal pada wadah yang sudah disiapkan. Setelah itu, masukkan deterjen cair dengan cara perlahan-lahan pada lem Povinal yang terus diaduk dengan perlahan. Saat slime sudah dirasa mengental, rendam adonan slime tersebut ke dalam air bersih selama tiga menit. Angkat slime dan siap dimainkan.

Saat ini, Anda  sudah bisa mendapatkan lem Povinal dengan mudah. Seperti diutarakan di atas, Anda bisa membeli lem ini di berbagai toko kelontong, minimarket, supermarket, fotokopi, toko alat tulis kantor (ATK), bahkan memesan melalui situs jual beli online. Sebagai informasi, berikut kisaran harga lem Povinal saat ini di pasaran dalam negeri.

Harga Lem Povinal

Lem Povinal (sumber: tokopedia)
Lem Povinal (sumber: tokopedia)
Kemasan Lem PovinalHarga
Lem Povinal 22 mlRp4.440 per botol
Rp84.000 per (24 botol)
Lem Povinal 75 ml

 

Rp6.660 per botol
Rp55.000 – Rp66.000 per pack (12 botol)
Montana TG-111 Povinal Lem 22 ml

 

Rp2.900 per botol
Rp44.226 per dus
Lem Povinal 500 mlRp34.410 – Rp46.000 per botol

Informasi harga lem Povinal di atas kami rangkum dari berbagai sumber, termasuk sejumlah toko ATK dan situs jual beli online. Jika dibandingkan penawaran sebelumnya, harga lem Povinal di pasaran saat ini terpantau naik. Misalnya, lem Montana TG-111 Povinal kemasan 22 ml yang semula ditawarkan dengan harga mulai Rp36.400, sekarang menjadi Rp44.226 per dus. Tak jauh berbeda dengan harga lem Povinal 75 ml yang juga naik dari Rp4.000 hingga Rp5.000, sekarang menjadi Rp6.660 per botol.

Perlu Anda ketahui bahwa harga lem Povinal tersebut tidak mengikat dan dapat berubah sewaktu-waktu. Selain itu, harga lem ini juga dapat berbeda-beda di masing-masing toko walaupun produk yang ditawarkan sama. Untuk info lebih lanjut, Anda bisa mengunjungi toko ATK terdekat.

Apabila kebetulan Anda tidak memiliki lem Povinal atau persediaan habis, Anda masih bisa membuat slime dengan bahan lem UHU. Cara membuat slime dengan lem UHU terdapat sedikit perbedaan karena Anda tidak membutuhkan obat sariawan atau obat tetes mata. Pasalnya, di dalam lem UHU sudah terdapat kandungan borax.

Cara membuatnya, tuang lem UHU ke dalam wadah yang bersih. Setelah itu, masukkan sabun cuci piring cair sebanyak 10 sendok . Aduk lem UHU dan sabun cuci piring tersebut hingga rata dan mengental, sekitar 10 menit. Jika sabun cuci piring tak bisa menyatu, Anda bisa tekan menggunakan tangan dan bantuan tisu jika diperlukan. Kemudian, tambahkan pewarna makanan secukupnya atau sekitar 4 hingga 5 tetes, lalu aduk kembali hingga merata sempurna.

[Update: Ditta]

[1] Sugianto, Florentyna, Elisabeth C. Yuwono, Adi Satria Kurniawan. 2014. Perancangan Brand Activity Lem Fox Stik Handicraft dengan Memanfaatkan Barang Bekas sebagai Media Promosi. Jurnal Desain Komunikasi Visual Adiwarna, Vol. 1(4).

[2] Mazza P., dkk. 2006. A new Palaeolithic discovery: tar-hafted stone tools in a European Mid-Pleistocene bone-bearing bed. Journal of Archaeological Science, Vol. 33(9), hlm. 1310.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *