Info Terbaru Kisaran Harga Kucing Hutan di Indonesia

Kucing hutan tampaknya sedang populer di kalangan pencinta hewan. Meskipun begitu, mamalia mungil ini terbilang langka dan sulit untuk di-breeding. Tak heran jika harga jualnya lebih mahal dibanding kucing lain seperti persia. Sebagian besar peternak kucing hutan biasanya menjual kucing blacan, Kalimantan, dan Jawa. Selain itu, ada yang menjual hewan ini dalam keadaan non-ped.

Ilustrasi Fakta Menarik Kucing Bengal (credit: Petkeen)
Ilustrasi Fakta Menarik Kucing Bengal (credit: Petkeen)

Punya nama ilmiah Prionailurus bengalensis, kucing hutan merupakan salah satu satwa liar yang dilindungi pemerintah dan biasanya ditemukan di tepi hutan dengan dataran rendah, perkebunan kelapa sawit, dan daerah rungkut yang jauh dari habitat manusia.[1] Seiring berjalannya waktu, kucing hutan bisa menjadi hewan peliharaan, tetapi dengan persyaratan khusus dan harus disertai dengan sertifikat resmi yang disetujui oleh pemerintah.

Bacaan Lainnya

Secara global, hewan langka tersebut terdiri dari 28 spesies dan tersebar di seluruh dunia, tetapi hanya ada 8 jenis yang boleh dipelihara. Dilansir dari republikseo.net, kucing hutan yang bisa dipelihara memiliki beberapa ciri, di antaranya sering dikenal sebagai macan akar, memiliki bulu halus, bertubuh pendek, dan memiliki corak berupa totol dan mirip macan.

Secara umum, kucing hutan memiliki sifat yang sangat agresif dibandingkan jenis kucing kampung atau ras lainnya. Meskipun begitu, hewan liar yang termasuk aman dipelihara ini tidak seagresif jenis kucing hutan lain yang tidak boleh dipelihara. Lalu, apa saja spesies kucing hutan yang bisa dipelihara?

Jenis Kucing Hutan yang Boleh Dipelihara

Kucing Hutan Jawa (sumber: juzaphoto.com)
Kucing Hutan Jawa (sumber: juzaphoto.com)
  • Kucing bengal. Kucing yang juga dikenal dengan nama kucing blacan ini memiliki berat sekitar 10 kg dengan tubuh yang cenderung panjang dan berkaki pendek. Bulu kucing tersebut rapat dan lebat, tetapi berukuran pendek. Mamalia mungil ini memiliki sifat yang aktif dan cerdas, sehingga mudah diajak main atau diajari hal yang lain.
  • Macan dahan benua. Kucing hutan ini memang sangat mirip dengan macan, dengan totol yang besar dan lebar. Hewan ini terbilang lebih langka dibanding kucing bengal. Ukuran tubuhnya kecil dan panjang, dengan bulu cenderung abu-abu dengan bintik hitam. Mamalia mungil tersebut juga memiliki tubuh yang agak kekar jika dibanding kucing bengal.
  • Kucing batu. Salah satu jenis kucing hutan yang terbilang aktif di malam hari atau bersifat nokturnal adalah kucing batu. Sekilas, hewan ini mirip dengan jaguar, tetapi tubuhnya berukuran lebih kecil dengan berat hingga 5 kg dan panjang tubuh mencapai 62 cm. Mamalia ini terbilang unik, karena memiliki ekor yang panjang dengan ukuran yang sama seperti tubuhnya.
  • Macan dahan Kalimantan. Salah satu kucing hutan yang terbilang populer dan sering diburu kolektor hewan langka adalah macan dahan Kalimantan. Meskipun namanya adalah kucing Kalimantan, tetapi mamalia ini lebih banyak ditemukan di daerah Sumatera. Tubuh hewan ini terbilang cukup besar dibanding kucing hutan lainnya, mampu mencapai berat 25 kg.
  • Kucing emas Asia. Kucing hutan yang hampir jarang dipelihara manusia adalah kucing emas Asia. Mamalia ini memiliki ukuran tubuh sedang dengan bobot mencapai 16 kg dan panjang tubuh 105 cm. Ekornya sendiri mampu mencapai ukuran 57 cm ketika dewasa. Kucing ini terbilang agresif dan suka memanjat.
  • Kucing kuwuk. Kebanyakan orang lebih suka memelihara kucing hutan spesies kucing kuwuk. Mamalia ini juga termasuk salah satu kucing hutan yang paling banyak diperjualbelikan. Ukuran tubuhnya sama dengan kucing kampung, hanya saja mamalia ini memiliki corak yang indah seperti cheetah dengan bulu yang mengilap dan lembut.
  • Kucing hutan Jawa. Sekilas, kucing ini mirip dengan kucing kampung, hanya saja tubuhnya sedikit lebih besar dan bersifat sangat agresif. Bulunya memiliki corak hitam dengan warna dasar abu-abu gelap. Kucing jenis ini banyak ditemukan di area hutan dan perkebunan di Jawa.

Selain spesies di atas, ada salah satu jenis kucing hutan yang terbilang tidak agresif, karena memiliki sifat yang ramah dan agak pemalas, yaitu kucing hutan Norwegia. Mamalia tersebut termasuk golongan kucing ras dengan bulu yang panjang dan lebat. Sayangnya, varian ini termasuk sulit ditemukan di pasaran dalam negeri.

Meskipun ada banyak jenis kucing hutan yang bisa dipelihara manusia, tidak semua spesies ini dijual di Indonesia. Untuk lebih jelas mengenai harga dan varian kucing hutan yang ada di Indonesia, Anda dapat melihat tabel berikut.

Harga Kucing Hutan

Kucing hutan/kucing blacan (sumber: fanicat.com)
Kucing hutan/kucing blacan (sumber: fanicat.com)
Jenis Kucing HutanHarga
Kucing Hutan Anakan 3 bulanRp355.000 per ekor
Kucing Hutan Kalimantan 2,5 bulanRp425.000 per ekor
Kucing Hutan Sumatera 4 bulanRp475.000 per ekor
Kucing Hutan 6 bulanRp505.000 per ekor
Kucing Hutan Jawa 1 tahunRp1.100.000 per ekor
Kucing Bengal Betina Non PedigreeRp3.000.000 per ekor
Macan Dahan 3-12 bulanRp3.000.000 per ekor
Blacan Kitten 1 bulanRp4.000.000 per ekor
Blacan Jantan 4 bulanRp4.000.000 per ekor
Kucing Bengal Marble Jantan Non PedigreeRp6.000.000 per ekor
Kucing Bengal Marble Betina Non PedigreeRp7.000.000 per ekor
Kucing Bengal Silver Betina 7 bulanRp9.800.000 per ekor
Kucing Bengal Jantan Ped ICARp12.000.000 per ekor
Kucing Bengal Betina Import 1 tahunRp13.000.000 per ekor
Kucing Bengal Silver Jantan 7 bulan Pedigree ICARp28.000.000 per ekor
Kucing Bengal Snow SepiaRp30.000.000 per ekor

harga kucing hutan di atas telah kami rangkum dari berbagai sumber, termasuk situs jual beli online. Biaya adopsi kucing hutan tersebut tidak terikat dan bisa berubah sewaktu-waktu. Sebagai perbandingan, pada tahun lalu, harga kucing bengal marble jantan non pedigree berkisar Rp5,5 jutaan per ekor, sedangkan harga kucing bengal impor asal Rusia Rp25 jutaan per ekor. (Update: Panca)

[1] Putri, Rizki Amalia Adinda, Abdul Haris Mustari, Ardiantiono. 2017. Keanekaragaman Jenis Felidae Camera Trap di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam IPB, Vol. 14(1): 21-34.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *