Update Harga Cangkang Sawit per Kg dan per Ton

Selain minyaknya, cangkang kelapa sawit juga menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia. Sesuai namanya, ini adalah bagian keras yang terdapat pada buah kelapa sawit yang berfungsi melindungi isi atau kernel dari buah sawit tersebut. Sering dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti bara, cangkang sawit bisa dibeli eceran per kilogram atau per ton dengan harga bervariasi.

Cangkang, sawit, buah, kelapa, bahan, bakar, batu bara, harga, ton, kilogram, eksport, komoditas, Indonesia, perkebunan, manfaat, energi, negara, listrik, pembangkit, biaya
Tumpukan kelapa sawit siap diolah (sumber: eco-business.com)

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan di Indonesia yang memiliki masa depan cukup cerah. Perkebunan kelapa sawit semula berkembang di daerah Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam. Namun sekarang telah berkembang ke berbagai daerah, seperti Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, dan .

Bacaan Lainnya

Bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomi tinggi adalah buahnya yang tersusun dalam sebuah tandan, biasa disebut dengan TBS (tandan buah segar). Buah sawit di bagian sabut (daging buah atau mesocarp) menghasilkan minyak sawit kasar (crude palm oil atau CPO) sebanyak 20-24%. Sementara itu, bagian inti sawit menghasilkan minyak inti sawit (palm kernel oil atau PKO) 3-4%.[1]

Tak hanya daging dan inti sawit, ada pula cangkang sawit atau cangkang kelapa sawit (palm kernel shell), sering juga disebut tempurung sawit, adalah bagian keras yang terdapat pada buah kelapa sawit yang berfungsi melindungi isi atau kernel dari buah sawit tersebut. Secara umum, bagian ini hampir sama dengan tempurung kelapa yang sering kita jumpai sehari-hari.

Dilansir dari situs milik Asosiasi Pengusaha Cangkang Sawit Riau (ASPACASRI), Indonesia adalah salah satu negara penghasil sawit terbesar di dunia. Penyebaran sawit hampir di seluruh penjuru Tanah Air. Masyarakat petani secara bertahap mulai berpindah ke tanaman sawit. Perkembangan sawit yang pesat dengan sendirinya berdampak juga pada perkembangan cangkang sawit. Semakin banyak pengolahan sawit, maka semakin banyak pula cangkang sawit yang dihasilkan.

Bagi industri pengolahan sawit sendiri, cangkang sawit merupakan nilai tambah bagi mereka. Karena, cangkang sawit, yang sebenarnya merupakan industri, bisa mereka manfaatkan untuk kebutuhan sumber energi mereka. Dulunya, mungkin mereka harus memasok batu bara dari pihak lain untuk bahan bakar. Namun, sekarang bisa memanfaatkan limbah mereka sendiri sehingga biaya produksi bisa ditekan. Selain itu, cangkang sawit juga memiliki nilai ekonomis, karena cangkang sawit juga bisa dijual dengan harga yang cukup bagus, sehingga income atau pendapatan perusahaan juga bertambah.

Secara umum, cangkang sawit mengandung beberapa bahan. Di tempurung ini, terdapat kadar air lembap sebesar 7 persen hingga 8 persen. Selain itu, juga dapat ditemukan kadar abu atau ash content dengan kandungan dua persen sampai tiga persen, kadar yang menguap atau volatile matter sebesar 69 persen sampai 70 persen, dan karbon aktif murni atau fixed sebesar 20 persen sampai 22 persen.

Manfaat Cangkang Sawit

Cangkang sawit memiliki beragam manfaat. Manfaat pertama dan utama adalah terhadap buah sawit itu sendiri, yaitu sebagai pelindung isi atau kernel buah sawit. Manfaat berikutnya, terutama untuk manusia, adalah sebagai bahan bakar boiler pengganti batu bara, adsorben biogas atau gas alam dengan memanfaatkan karbon aktif di dalamnya, bahan untuk arang atau charcoal, asap cair yang mengandung beberapa senyawa yang berguna sebagai pengawet alami, dan sebagai campuran makanan ternak. Khusus sebagai bahan bakar, ada beberapa alasan mengapa masyarakat memilih menggunakan cangkang sawit sebagai berikut.

Arang dari cangkang kelapa sawit (sumber: bestoncompany.com)
Arang dari cangkang kelapa sawit (sumber: bestoncompany.com)

Kegunaan Cangkang Sawit untuk Bahan Bakar

  • Penghematan biaya (cost saving); dengan pemakaian cangkang sawit, biaya yang dialokasikan untuk suplai bahan bakar bisa ditekan.
  • Mengurangi polusi udara (air pollution reduction); penggunaan cangkang sawit dinilai lebih ramah lingkungan karena kadar karbon sulfur yang terkandung di dalam buah tersebut relatif rendah sehingga risiko pencemaran udara lebih rendah dibandingkan batu bara.
  • Pelestarian sumber daya alam (natural resources conservation); cangkang sawit merupakan bagian dari tanaman sawit yang bisa diperbarui atau renewable. Beda halnya dengan batu bara yang merupakan bahan tambang yang sulit untuk diperbarui.
  • Ketersediaan stok (availability of stock); karena cangkang sawit merupakan sumber daya yang bisa diperbarui, maka tidak ada kekhawatiran terhadap kekurangan pasokan atau suplai.
  • GAPKI atau Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia bahkan menyebut sawit sebagai ‘emas hijau’ untuk manusia di Bumi. Dibandingkan energi fosil, cangkang kelapa sawit dikatakan merupakan bahan bakar alternatif yang murah dan berkelanjutan. Ketersediaan bahan ini tidak perlu diragukan karena perkebunan kelapa sawit di Indonesia sangat luas.

Masih menurut GAPKI, berbagai studi telah membuktikan pemanfaatan cangkang sawit sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Harris dkk (2013) meneliti pemanfaatan limbah padat dari perkebunan kelapa sawit di PLTU di Bangka Belitung. Sementara itu, Erhaneli dan Elsi (2017) melakukan penelitian yang sama pada PLTU Muara Bungo.

Menurut studi yang dilakukan Syafriuddin dan Rio (2013), untuk pembangkit listrik per 10 MWh, diperlukan solar sebesar 648,82 atau setara dengan 1,2 ton cangkang kelapa sawit atau 1,3 ton batu bara. Biaya yang diperlukan ternyata yang paling murah adalah cangkang kelapa sawit (Rp762.000), kemudian disusul batu bara dengan Rp1.334.496,8 dan solar sebesar Rp2.919.690. Ini artinya, cangkang sawit merupakan bahan bakar yang paling murah untuk tujuan menghasilkan energi listrik.

Selain konsumsi di pasar dalam negeri, ekspor cangkang sawit Indonesia ternyata mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Ekspor ke Jepang misalnya, tumbuh 40 persen per tahun seiring dengan peningkatan penggunaan energi dan terbarukan dalam program bauran energi di negara berjuluk Negeri Matahari Terbit tersebut.

Pada tahun 2016, menurut catatan Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI), ekspor biomassa sawit ke Jepang berada di angka 450 ribu ton, sedangkan kiriman ke Korea Selatan mencapai 400 ribu ton. Nilai ekspor ke kedua negara tersebut ditaksir mencapai lebih dari Rp1 triliun. Di tahun 2017, harga komoditas ini berkisar 80 dolar AS sampai 85 dolar AS per ton free on board (FOB).

Dari 2019 hingga saat ini, indeks harga ekspor cangkang sawit tercatat sebesar 118 dolar AS. Harga cangkang kelapa sawit yang relatif tinggi itu dipicu peningkatan penggunaan energi baru dan terbarukan (renewable energy) dalam program bauran energi di beberapa negara di dunia.

Cangkang kelapa sawit (sumber: asianbiomass.com)
Cangkang kelapa sawit (sumber: asianbiomass.com)

Jika Anda membutuhkan cangkang kelapa sawit, tidak sulit mendapatkan bahan tersebut. Pasalnya, Anda bisa menelusuri berbagai forum jual beli online. Sebagai bahan referensi, kami sajikan informasi terbaru kisaran harga cangkang sawit saat ini di pasaran dalam negeri.

Harga Cangkang Sawit

Jenis Pembelian Kisaran Harga
Cangkang Sawit 1 kilogram Rp2.500
Cangkang Sawit 500 kg Rp1.200.000
Cangkang Sawit 1 ton Rp1.500.000

Hingga saat ini, harga cangkang sawit per ton relatif stabil di angka Rp1,5 juta. Sementara itu, harga cangkang sawit eceran sedikit naik dari kisaran Rp1.450 hingga Rp2.000, kini menjadi Rp2.500 per kg. Untuk informasi lebih detail, Anda dapat menelusuri sejumlah online shop atau pasar terdekat.

[Update: Ditta]

[1] Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya & Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta: AgroMedia Pustaka, hlm. 2.

Pos terkait