Update Harga Callusol Kuning dan Hijau

Selain dapat membuat tampilan fisik yang kurang menarik, mata ikan juga bisa menyebabkan rasa nyeri dan gatal. Hal ini yang mendorong sejumlah produsen obat kulit berlomba-lomba membuat obat yang paling manjur. Nah, salah satu merk obat mata ikan yang dinilai ampuh adalah Callusol dan dijual di apotek dengan harga yang terjangkau.

Mengobati mata ikan (sumber: chelseaflo.com)
Mengobati mata ikan (sumber: chelseaflo.com)

Mata ikan merupakan salah satu jenis penyakit kulit yang tidak mematikan, tetapi menyebabkan rasa nyeri di satu titik (tidak menyebar). Penyakit kulit sendiri merupakan salah satu jenis penyakit yang masih sangat dominan terjadi dan menjadi masalah kesehatan sebagian masyarakat Indonesia. Penyakit kulit tidak hanya dibedakan berdasarkan penyebabnya, tetapi juga tingkatnya. Ada penyakit kulit ringan dan ada juga penyakit kulit kronis.

Bacaan Lainnya

Indikasi Callusol

Untuk proses penyembuhan penyakit kulit ringan, seperti mata ikan, pasien akan melakukan pengobatan dengan cara rawat jalan, biasanya dokter akan memberikan obat telan sebagai antibiotik jika diperlukan, dan obat oles atau topikal sebagai terapi.[1] Sementara obat dokter terbilang tidak murah bagi Anda yang tidak memiliki BPJS, Anda bisa membeli obat kulit yang dijual bebas di apotek seperti callusol.

Callusol merupakan obat yang bisa dipakai untuk mengobati berbagai macam penyakit kulit ringan, seperti kapalan, kulit mengeras, kutil, dan mata ikan. Menurut golongannya, Callusol adalah jenis obat bebas yang bisa Anda dapatkan tanpa resep dokter. Anda bisa mengetahui dengan melihat lambang pola lingkaran berwarna hijau dengan tepian hitam pada kemasannya.

Komposisi Callusol

Dilansir dari Honest Docs, Callusol memiliki mekanisme kerja keratolitik yang bisa melunakkan dan melepaskan penebalan kulit dengan efektif. Ini karena Callusol memiliki komposisi 0,2 gr asam salisilat, 0,05 gr asam laktat, dan 0,02 gr polidocanol sebagai bahan aktifnya.

Asam salisilat adalah jenis yang berfungsi sebagai keratolitik untuk mengelupas kulit. Zat ini bekerja dengan cara melarutkan zat keratin yang menyebabkan terjadinya pengerasan kulit. Dengan larutnya keratin, sel-sel kulit akan menjadi lebih mudah dipisahkan dan secara bertahap akan mengalami penipisan atau pengelupasan. Asam salisilat memiliki tekstur yang ringan dan cair, sehingga mudah meresap ke dalam pori-pori pada permukaan kulit yang menebal.

Kandungan Callusol yang tak kalah penting adalah asam laktat. Asam laktat memiliki peran sebagai emolien atau pelembap kulit. Zat tersebut bekerja dengan cara membentuk lapisan berminyak pada permukaan kulit dan menjaga kadar air di kulit agar tidak berkurang. Bisa dibilang, asam laktat melembapkan kulit dengan cara menangkap air pada lapisan kulit. Dengan terperangkapnya air pada lapisan kulit, kulit kering yang diakibatkan oleh penebalan bisa lebih lembut dan lembap.

Sementara itu, polidocanol merupakan obat yang berperan sebagai anestesi lokal dan anti pruritus. Adanya polidocanol dalam dosis tertentu pada Callusol membuat obat ini bisa menghilangkan rasa gatal dan nyeri yang disebabkan oleh mata ikan, kulit yang mengeras, kulit yang mengering, dan kulit yang mengelupas akibat asam salisilat.

Kontraindikasi Callusol

Callusol yang tergolong obat bebas tidak bisa dipakai sembarangan. Anda perlu memperhatikan kondisi kulit Anda dan kesehatan Anda. Ini karena obat memiliki kontraindikasi yang perlu dihindari. Callusol tidak dianjurkan untuk pasien yang memiliki riwayat alergi bahan aktif atau komponen pada obat. Pasien yang memiliki alergi atau hipersensitif terhadap formulasi obat Callusol bisa mengalami gangguan kulit lain dan gejala alergi, seperti ruam, kemerahan, pusing, mual, sensasi panas di kulit, dan infeksi.

Varian obat Callusol
Varian obat Callusol

Callusol juga tidak boleh diberikan pada pasien yang memiliki alergi obat lain dengan mirip dengan kandungan kimia pada Callusol, seperti aspirin. Jika pasien memiliki alergi aspirin dan tetap memakai callusol, akan timbul gejala alergi yang sama seperti pasien yang alergi komposisi obat callusol. Untuk itu, sebaiknya Anda melakukan cek alergi terhadap obat-obatan tertentu sebelum menggunakan callusol.

Meskipun Callusol bisa menyembuhkan kutil dan termasuk obat topikal, obat ini tidak bisa dipakai untuk mengobati kutil pada kelamin dan alat reproduksi. Ini karena komposisi produk tidak sesuai dengan dosis obat pada wajah dan alat genital. Jika Anda mengalami atau memiliki riwayat penyakit kutil di wajah dan alat kelamin, Anda bisa mendapatkan obat yang lebih aman menggunakan resep dokter.

Efek Samping Callusol

Callusol juga memiliki efek samping dan secara umum berupa rasa terbakar pada kulit, pengelupasan kulit yang tidak normal, gatal-gatal, bengkak, dan kesulitan bernapas. Pada beberapa kasus yang jarang ditemui, Callusol berisiko terhadap terbentuknya ulkus pada lokasi pengobatan. Ulkus tersebut kadang-kadang disertai dengan tanda infeksi seperti nanah atau cairan yang kental.

Cara Pakai Callusol

Sebelum Anda memakai Callusol, pastikan kulit yang bermasalah sudah dibersihkan. Anda bisa membersihkannya dengan alkohol atau air. Setelah itu, siapkan kapas dan kasa secukupnya. Ukuran kasa dan kapas bisa disesuaikan dengan luas permukaan kulit yang bermasalah (kutil, kapalan, atau mata ikan).

Tuang larutan Callusol secukupnya pada kapas dan jangan terlalu membasahi kapas. Tempelkan kapas yang sudah dibasahi dengan Callusol ke permukaan kulit yang terkena penyakit dan bungkus dengan kasa. Agar tidak mudah bergeser, Anda bisa menutupnya dengan plester.

Dosis Callusol

Pemberian Callusol dapat dilakukan sebanyak 1 hingga 2 kali, tergantung tingkat keparahan gangguan kulit yang diderita. Agar obat dapat bekerja secara maksimal, Anda dianjurkan memakainya setiap pagi dan malam sebelum tidur. Dengan memakai Callusol secara rutin, penyakit kulit akan mengelupas dan hancur secara bertahap dalam waktu beberapa hari saja, tergantung tingkat keparahannya.

Obat Callusol disarankan hanya dipakai untuk mengobati daerah kulit yang terkena penyakit dan tidak bisa dipakai sebagai obat dalam. Anda hanya boleh mengoleskan Callusol secukupnya dan sebisa mungkin hindari kontak obat dengan kulit yang sehat atau normal.

Biaya Operasi Hilangkan Mata Ikan (videoblocks.com)
Biaya Operasi Hilangkan Mata Ikan (videoblocks.com)

Ketika menggunakan Callusol, cairan obat tidak boleh terkena mata atau selaput lendir. Jika obat terkena selaput mata atau lendir, Anda harus segera mencucinya dan minum air mineral yang banyak. Callusol juga tidak boleh dipakai untuk menipiskan atau menghilangkan tanda lahir dan tahi lalat. Callusol tidak dianjurkan dipakai oleh pasien dengan riwayat gangguan ginjal, pasien dengan riwayat iritasi kulit ringan, anak-anak dan bayi.

Setelah Anda mengetahui cara memakai dan dosis Callusol yang tepat, apakah Anda tertarik membeli obat kulit ini? Jika iya, pastikan Anda mengetahui harganya di pasaran, sehingga Anda bisa memperkirakan biaya untuk membeli obat dengan mudah.

Harga Callusol

Kemasan Callusol Harga
Callusol Hijau 10 ml Rp34.400
Callusol Kuning 10 ml Rp36.500
Callusol 1 dus isi 10 botol Rp340.000

Jika dibandingkan penawaran sebelumnya, harga obat Callusol per botol di apotek saat ini cenderung naik. Misalnya, Callusol hijau per botol isi 10 ml yang semula dijual seharga Rp33.050, sekarang sedikit naik menjadi Rp34.400. Perlu diingat, harga obat Callusol tersebut di setiap tempat bisa berbeda, tergantung kebijakan pihak penjual. Selain Callusol, ada pula obat kulit lain yang diklaim dapat meredakan mata ikan. Sebagai bahan referensi, berikut kami sajikan harga obat mata ikan lainnya.

Harga Obat Mata Ikan Lainnya

Merk Obat Mata Ikan Harga
Plester JI YAN GAO Rp22.500
Kutilos 10 ml Rp30.435
Carnation Corn Caps Rp48.500

Selain di apotek, Anda juga bisa membeli obat mata ikan di sejumlah situs e-commerce terpercaya. Namun sebelum membeli, ada baiknya berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter mengenai obat mana yang cocok untuk Anda.

[Update: Ditta]

[1] Oktaviani, Fani, dkk. 2016. Profil Penggunaan Obat Pasien Penyakit Kulit di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU Anutapura Palu. Galenika Journal of Pharmacy Vol. 2 (1) :38-42.

Pos terkait