Info Terbaru Harga Burung Ekek Keling Jawa dan Kalimantan

Bagi penggemar burung, terutama burung kicau dan burung hias, pasti sudah tidak lagi dengan jenis ekek keling. Disebut juga ekek geling, ini adalah salah satu jenis burung yang eksotis, dengan paruh berwarna merah dan tubuh berwarna hijau (ada juga yang biru). Kerap juga disebut dengan si paruh gincu (merujuk paruhnya yang merah), harga burung ekek keling di pasaran bisa mencapai angka jutaan rupiah ekor.

Burung ekek keling liar (sumber: pinterest)
Burung ekek keling liar (sumber: pinterest)

Karakteristik Burung Ekek Keling

Dilansir dari Wikipedia, ekek geling adalah burung endemik yang memiliki habitat di dataran rendah. Burung ini biasanya dapat ditemukan di hutan montane forest atau yang lebih rendah (sub-montane) dengan ketinggian sekitar 500 meter hingga 2.000 meter dari permukaan laut. Di Jawa, burung ini sering ditemukan di kawasan Jawa Barat. Selain itu, burung ekek keling juga kerap ditemukan di Kalimantan.

Bacaan Lainnya

Selama ini, banyak pencinta burung yang menganggap ekek keling identik dengan burung tengkek. Padahal, keduanya merupakan jenis yang berbeda. Ekek keling (Cissa thalasina) merupakan salah satu spesies dari famili Corvidae (keluarga gagak), seperti halnya cililin. Sementara, tengkek atau raja udang termasuk dalam famili Alcedinidae.

Di kalangan pencinta burung sendiri, ada dua varian ekek keling yang cukup terkenal, yaitu ekek keling Jawa dan ekek keling Kalimantan. Yang membedakan ekek geling Kalimantan dengan ekek geling Jawa adalah warna yang mengelilingi kornea matanya. Ekek geling Kalimantan memiliki iris mata yang berwarna putih, sedangkan ekek geling Jawa yang berukuran 32 cm didominasi warna hijau, berekor pendek, bersetrip mata hitam dengan iris coklat.

Secara umum, kebiasaan burung ini adalah terbang dalam kelompok kecil dan memburu serangga di hutan. Meski sering bersuara, namun agak sulit dilihat dikarenakan warna bulunya yang tersamarkan oleh hijaunya daun. Nah, ekek geling yang berasal dari Jawa inilah yang statusnya terancam punah, dengan populasi yang diketahui hanya tinggal 249 ekor.

Spesies ini sendiri terkadang terlihat menyendiri atau berpasangan pada musim kawin, dan termasuk burung yang menjaga teritorial dan sarangnya. Makanan utama ekek keling antara lain berbagai jenis serangga, kadal kecil, ular kecil, telur burung-burung kecil lainnya, dan buah-buahan. Sayangnya, agak susah membedakan ekek keling jantan dan ekek keling betina karena kemiripan warna bulunya.

Seperti disampaikan di atas, populasi ekek keling, terutama dari Jawa, memang semakin kritis. Konon, tidak sampai 250 ekor burung ini yang masih hidup di alam bebas. Sejak tahun 2001 lalu, jenis burung pemakan serangga ini hanya tercatat di empat lokasi di Jawa, yaitu Taman Nasional Merapi, Taman Nasional Halimun Salak, Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, dan hutan sekitar Bandung Selatan. Burung ini tercatat pertama kali di Sukabumi pada 1906 dan terakhir kali di hutan sekitar Bandung pada 2006.

Sayangnya, meski sudah terancam punah, hingga saat ini di Indonesia, ekek geling Jawa belum dilindungi oleh undang-undang. Karena itu, melalui Asian Song Bird Trade Summit pada tahun 2005 lalu, para ahli mendorong agar jenis-jenis prioritas, termasuk ekek geling Jawa, dapat diusulkan sebagai jenis yang dilindungi. Jenis burung ini sendiri sudah termasuk kategori kritis (Critically Endangered) dalam daftar merah badan konservasi dunia IUCN akibat perdagangan.

Burung ekek keling dalam sangkar (sumber: tribunnews.com)
Burung ekek keling dalam sangkar (sumber: tribunnews.com)

Penangkaran Ekek Keling

Tingginya tingkat perburuan dan perdagangan burung ini menyebabkan beberapa ahli dan aktivis mencoba melakukan upaya penangkaran (captive breeding) untuk mempertahankan jumlah populasinya. Salah satunya adalah upaya yang dilakukan oleh Chester Zoo yang bekerja sama dengan Cikananga Wildlife Center (CWC, dulunya PPS Cikananga) sebagai member Threatened Songbird of Asia Working Group (TWASG), yang berupaya untuk merehabilitasi keberadaan burung berparuh gincu ini.

Untuk mengembangbiakkan atau menangkar burung ekek keling ini, diperlukan kandang penangkaran yang cukup luas (model aviary), yang di dalamnya juga disediakan sebuah besek atau basket (mangkuk sarang) yang terbuat dari sebagai tempat bertelur dan bersarang. Karena, terkadang burung betina akan bertelur dalam keranjang rotan tanpa terlebih dulu membuat sarang.

Burung betina bertelur sekitar 3 sampai 4 butir, dengan lama pengeraman sekitar 18 sampai 20 hari. Setelah menetas, piyik biasanya diberi makan berupa ulat Hong Kong selama 3-4 hari oleh induknya. Jadi, selama beberapa hari itulah, siapkan ulat Hong Kong sebanyak-banyaknya. Nah, setelah berumur 5 atau 6 hari, piyik bisa diberikan anak tikus yang masih merah (cindil dalam bahasa Jawa). Berikan dengan porsi 3 hingga 4 ekor selama dua atau tiga kali sehari.

Setelah berusia 12 sampai 14 hari, pakan hidup harus selalu disiapkan dalam kandang penangkaran sampai anakan berusia sekitar 25 hari. Sebab, pada umur tersebut, anak burung sudah bisa bertengger dan keluar dari sarangnya. Pada waktu itulah anakan bisa disapih dan kita loloh sendiri, dengan menggunakan campuran serangga dan pur basah.

Ekek keling sendiri kerap digunakan sebagai burung masteran untuk burung peliharaan semacam murai , cucak hijau, dan cendet. Hal ini dikarenakan suara tembakan ekek keling dinilai cukup keras. Meski tidak serapat kepunyaan cililin, suara ekek keling cukup bagus, juga apabila dinyanyikan oleh jenis-jenis lain, seperti murai batu.

Meski populasinya sudah kritis, tetapi masih banyak pedagang atau pemilik yang menjual ekek keling. Berikut referensi harganya.

Burung Ekek Keling  biru (sumber: gameriskprofit.ru)
Burung Ekek Keling biru (sumber: gameriskprofit.ru)

Harga Ekek Keling

Kategori Ekek Keling Harga per Ekor
Ekek Keling Anakan Rp250.000
Ekek Keling Remaja Rp850.000
Ekek Keling Hijau Gacor Rp1.500.000

Harga ekek keling tidak terikat dan bisa berubah sewaktu-waktu. Di pasaran dalam negeri, harga burung ekek remaja tahun 2021 berkisar Rp695 ribu hingga Rp760 ribuan per ekor naik menjadi Rp850 ribu per ekor tahun 2022. Sementara itu, harga ekek keling hijau yang sudah gacor Rp1,2 jutaan per ekor tahun 2021, naik menjadi Rp1,5 juta tahun 2022.

Sebagai perbandingan, tahun 2020, ekek anakan dijual dengan harga sekitar Rp250 ribu sampai Rp650 ribuan per ekor dan harga ekek keling hijau yang sudah gacor berkisar Rp1,1 juta hingga Rp1,5 jutaan per ekor. Harga tersebut tentunya dapat berbeda, tergantung wilayah serta negosiasi antara penjual dan pembeli.

[: Almas]

 

 

Pos terkait