Update Biaya Kolonoskopi di Rumah Sakit

Kanker usus besar atau kolorektal kerap dianggap sebagai penyakit “silent killer” atau “pembunuh senyap” karena kemunculannya sering kali sulit untuk dideteksi. Terlebih karena pengetahuan masyarakat terkait kanker usus besar masih minim. Untuk mendeteksinya, pasien diharuskan melakukan prosedur kolonoskopi di rumah sakit dengan biaya yang tidak bisa dibilang murah.

Ilustrasi: prosedur kolonoskopi (sumber: gi-supply.com)
Ilustrasi: prosedur kolonoskopi (sumber: gi-supply.com)

Seperti namanya, kanker usus besar merupakan jenis kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon) atau di bagian paling bawah dari usus besar yang terhubung dengan anus (rektum). Gejala kanker ini sering dirasakan oleh pasien saat penyakitnya sudah berkembang lebih jauh. Pada tahap awal, kanker usus besar bahkan tidak menyebabkan gejala apapun. Jika sudah lebih lanjut, gejala awalnya sering tersamarkan dengan penyakit lain seperti sakit .

Bacaan Lainnya

Gejala umum dari kanker usus besar antara lain muncul darah dalam tinja, kebiasaan buang air besar (BAB) yang berubah-ubah, rasa sakit yang terus-menerus di perut, hingga badan turun drastis. Salah satu pemeriksaan yang dianjurkan untuk mengetahui adanya risiko kanker usus besar adalah dengan kolonoskopi.

Kolonoskopi adalah pemasukan alat lentur dan diberi cahaya ke dalam kolon melalui rektum dan kolon sigmoid. Usus besar diperiksa dan biopsi dapat diambil. Keadaan-keadaan seperti kolitis ulserativa, divertikulitis, polip, atau karsinoma dapat didiagnosis. Sebelum prosedur kolonoskopi, usus besar dikosongkan dengan memberikan pencahar makanan cair.[1]

Tujuan Kolonoskopi

  • Mengevaluasi kelainan saluran cerna bagian bawah jika hasil pemeriksaan radiologi meragukan atau tidak didapatkan kelainan, sedangkan gejala-gejala penyakit ada.
  • Meneliti lebih lanjut mengenai penyakit kolon pada klien dengan anemia yang mengalami penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas.
  • Menegakkan diagnosis keganasan pada kolon.
  • Mengobati dan biopsi terminalis.
  • Melakukan follow up sesudah pengangkatan polip atau kanker.[2]

Prosedur Kolonoskopi

  • Sebelum pemeriksaan kolonoskopi dilakukan, Anda biasanya akan diminta untuk melepaskan pakaian dan menggantinya dengan gaun khusus rumah sakit.
  • Kemudian Anda akan diminta untuk berbaring di meja pemeriksaan dengan posisi miring ke salah satu sisi tubuh. Dokter umumnya meminta Anda untuk menekuk kedua lutut sampai menempel pada dada.
  • Anda akan diberi bius yang bisa berupa pil minum atau suntikan untuk mengurangi ketidaknyamanan yang mungkin timbul selama prosedur kolonoskopi berlangsung.
  • Setelah bius efektif, dokter akan memasukkan alat kolonoskop dengan kamera di ujungnya ke dalam anus Anda. Dokter juga bisa memompa karbondioksida ke dalam usus besar supaya dapat menyediakan ruang lebih untuk alat colonoscope. Dengan cara ini maka visualisasi bagian dalam usus besar akan lebih baik.
  • Dokter kemudian mengambil beberapa gambar yang diperlukan saat pemeriksaan.
  • Dokter juga terkadang mengambil sedikit jaringan usus besar (biopsi) untuk diperiksa di bawah mikroskop.
  • Apabila colonoscopy dilakukan pada penderita polip usus besar, dokter dapat sekaligus melakukan pengangkatan polip tersebut.
  • Ketika pemeriksaan kolonoskopi telah selesai dan dokter mengeluarkan selang, Anda mungkin merasakan kram perut dan dorongan untuk buang air besar setelahnya.

Prosedur kolonoskopi umumnya dilakukan oleh dokter yang sudah berpengalaman dan memakan waktu sekitar 30-60 menit, demikian seperti dilansir Sehatq. Kolonoskopi pada dasarnya merupakan tindakan yang aman dan jarang menimbulkan komplikasi. Namun demikian, prosedur ini bisa saja menyebabkan komplikasi atau efek samping, seperti berikut.

Ilustrasi: prosedur kolonoskopi (sumber: healthday.com)
Ilustrasi: prosedur kolonoskopi (sumber: healthday.com)

Risiko/Efek Samping Kolonoskopi

  • Nyeri perut yang hebat.
  • Reaksi alergi dan efek samping obat bius yang masih terasa bahkan sehari setelah pemeriksaan.
  • Dinding usus besar robek.
  • Kembung dan buang angin selama beberapa jam setelah prosedur kolonoskopi.
  • Perdarahan pada lokasi biopsi atau pengangkatan polip. Namun perdarahan tersebut biasanya hanya sedikit dan bisa berhenti dengan sendirinya.
  • Reaksi alergi.
  • Sulit bernapas atau ketidakteraturan jantung.
  • Penglihatan kabur.
  • lubang dalam usus besar Anda.

Oleh sebab itu, sebelum melakukan kolonoskopi, sebaiknya informasikan terlebih dahulu pada dokter apabila Anda menderita penyakit jantung atau penyakit paru-paru, diabetes, atau memiliki alergi terhadap obat-obatan tertentu. Selain itu, informasikan juga apabila Anda sedang mengonsumsi obat pengencer darah. Dokter mungkin akan meminta Anda untuk menghentikan konsumsi obat-obatan itu untuk sementara, terutama jika berencana melakukan biopsi. Informasikan pula jika sedang mengonsumsi suplemen zat besi.

Sebelum melakukan kolonoskopi, Anda pun diharuskan mengosongkan usus besar Anda dengan cara buang air besar. Pasalnya, sisa apapun yang masih tertinggal dalam usus besar Anda bisa mengaburkan pandangan usus besar dan dubur selama pemeriksaan kolonoskopi berlangsung. Anda pun tidak boleh makan makanan padat sehari sebelum pemeriksaan atau makan dan minum apapun setelah tengah malam pada malam sebelum pemeriksaan.

Dokter bisa saja menyarankan Anda mengonsumsi obat pencahar sebelum pemeriksaan, baik dalam bentuk pil atau cairan. Pada beberapa kasus, Anda bisa saja dianjurkan untuk minum obat-obatan enema yang dijual bebas, baik pada malam hari sebelum pemeriksaan atau beberapa jam sebelum pemeriksaan untuk mengosongkan usus besar Anda.

Apabila dokter juga sekaligus melakukan pengangkatan polip usus besar melalui kolonoskopi, maka Anda akan disarankan untuk makan dengan pola makanan khusus selama beberapa waktu. Jika hendak menjalani kolonoskopi, pastikan ada yang mengantar atau menemani Anda. Pasalnya, setelah tindakan kolonoskopi biasanya Anda masih berada dalam pengaruh anestesi atau obat penenang, sehingga kurang aman apabila digunakan untuk berkendara sendiri tanpa ada seseorang yang mendampingi. Berikut ini kisaran biaya kolonoskopi di beberapa rumah sakit.

Ilustrasi: prosedur kolonoskopi (sumber: tryonmed.com)
Ilustrasi: prosedur kolonoskopi (sumber: tryonmed.com)

Biaya Kolonoskopi

Nama Rumah Sakit Kisaran Biaya
Rumah Sakit A. R. Bunda Prabumulih Rp450.000
Eka Hospital Pekanbaru Rp1.500.000
RS Biomedika Mataram Rp2.225.000
RS Mardi Rahayu Kudus Rp2.235.000
Rumah Sakit JIH Yogyakarta Rp2.360.000
RS Ganesha Gianyar Rp2.700.000
Siloam Hospitals Buton Rp2.844.000
Siloam Hospitals Yogyakarta Rp2.985.970
Columbia Asia Hospital Semarang Rp2.994.347
Mayapada Hospital Kuningan Rp3.500.000
Siloam Hospitals Rp3.382.000
RS Mitra Keluarga Kalideres Rp3.380.000
Klinik Oto Medika Rp3.800.000
RSU Banyumanik 2 Rp3.885.000
Siloam Hospitals TB Simatupang Rp3.895.000
Siloam Hospitals Denpasar Rp3.895.000
Eka Hospital Cibubur Rp3.750.000
Eka Hospital Bekasi Rp3.440.000
Rumah Sakit Immanuel Bandung Rp4.000.000
Eka Hospital BSD Rp4.030.000
RS Mitra Keluarga Kemayoran Rp4.035.000
Mayapada Hospital Rp4.400.000
Mayapada Hospital Jakarta Selatan Rp4.400.000
RS Mitra Keluarga Cibubur Rp4.620.000
Siloam Hospitals Surabaya Rp5.252.000
RS Mitra Keluarga Kelapa Gading Rp5.310.000
RS Kasih Ibu Tabanan Rp5.315.000
RS Kasih Ibu Denpasar Rp5.315.000
Mandaya Royal Hospital Puri Tangerang Rp5.400.000
Siloam Hospitals Kebon Rp5.477.000
MRCCC Siloam Hospitals Semanggi Rp5.895.000
Rumah Sakit Premier Jatinegara Rp6.000.000
RS EMC Sentul Rp6.138.000
Rumah Sakit Tebet Rp6.497.000
RS Mitra Keluarga Waru Rp6.981.000
Rumah Sakit Premier Surabaya Rp8.000.000
RS Mitra Keluarga Surabaya Rp8.365.000
Rumah Sakit Umum Yarsi Jakarta Rp9.000.000
RS Brawijaya Saharjo Jakarta Rp9.750.000

Informasi biaya kolonoskopi di sejumlah rumah sakit di atas dirangkum dari Alodokter. Perlu Anda ketahui bahwa biaya kolonoskopi dapat mengalami perubahan sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, biaya kolonoskopi masih relatif stabil. Namun, untuk info lebih detail, Anda dapat datang langsung ke rumah sakit terdekat.

[Update: Panca]

[1] Matthews, A. 1987. Belajar Merawat di Bangsal Penyakit Dalam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

[2] Priyanto, A., dkk. 2009. Endoskopi Gastrointestinal (Ed. Septiarso JE). Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Pos terkait