Update Terkini Perkiraan Harga Kelapa Sawit

Kelapa sawit termasuk salah satu tanaman yang menjadi komoditas cukup penting di Indonesia. Selain menjadi konsumsi dalam negeri, kelapa sawit yang diproduksi oleh Indonesia juga banyak diekspor ke berbagai negara. Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit sendiri beragam, tergantung usia dan daerah penanamannya.

Kelapa sawit merupakan salah satu alternatif pengembangan baru terbarukan sebagai pengganti bahan bakar minyak dari fosil. Melalui teknologi hydrocracking dan isomerisasi minyak kelapa sawit dengan gas hidrogen dapat dihasilkan bahan bakar nabati seperti green diesel, naptha, dan bioavtur.[1]

Bacaan Lainnya
Ilustrasi: Kelapa Sawit (credit: New Strait Times)
Ilustrasi: Kelapa Sawit (: New Strait Times)

Di tahun 2019 lalu ekspor minyak sawit mentah atau yang lebih dikenal dengan sebutan crude palm oil (CPO) tetap bergerak pada kisaran rendah. Hal ini dikarenakan ketidakpastian dalam dinamika minyak nabati . Tentunya hal ini membuat resah Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). “Sementara itu, pertumbuhan daya serap pasar minyak sawit di dalam negeri juga tidak terlalu besar,” ujar Direktur Eksekutif GAPKI MuktiSardjono beberapa waktu lalu, dilansir CNBCIndonesia.

Menurut Mukti, kinerja ekspor minyak sawit Indonesia tidak tumbuh maksimal karena ada beberapa dinamika di pasar global khususnya di negara tujuan utama ekspor Indonesia seperti India, Uni Eropa, China, dan Amerika Serikat (AS).

Di India, Indonesia kalah bersaing dengan Malaysia khususnya untuk refined products ((produk olahan pabrik seperti gula, tepung, dan margarin) di mana bea masuk produk tersebut dari Indonesia lebih tinggi daripada Malaysia dengan selisih 9% (tarif bea refined products dari Malaysia adalah 45% dari tarif berlaku 54%).

Sementara itu di Uni Eropa, kawasan ini masih menggaungkan isu RED II ILUC (aturan pelaksanaan Arahan Energi Terbarukan II atau Renewable Energy Directive) dan tuduhan subsidi biodiesel ke Indonesia sedikit banyak juga telah mempengaruhi ekspor Indonesia ke Uni Eropa. Sementara itu, perang dagang China-AS juga telah mempengaruhi pasar minyak nabati dunia.

Berdasarkan data GAPKI, pertama 2019 Kinerja ekspor minyak sawit Indonesia (CPO dan turunannya, biodiesel dan oleochemical) membukukan kenaikan hanya 10% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu atau dari 15,30 juta ton pada Januari – Juni 2018 naik menjadi 16,84 juta ton pada periode yang sama tahun 2019.

Sementara itu, volume ekspor khusus CPO dan turunannya saja (tidak termasuk biodiesel dan oleochemical) semester I 2019 hanya naik 7,6% menjadi 15,24 juta ton dari 14,16 juta ton pada periode yang sama 2018. Volume ekspor Indonesia khusus CPO dan turunannya pada semester pertama 2019 mengalami penurunan hampir di semua negara tujuan utama ekspor Indonesia kecuali China. Semester I 2019, ekspor CPO dan turunannya (tidak termasuk biodiesel dan oleochemical) ke China naik 39% menjadi 2,54 juta ton dari 1,82 juta ton pada 2018.

Peningkatan permintaan dari China merupakan salah satu dampak dari perang dagang di mana China mengurangi pembelian kedelai secara signifikan dari AS dan menggantikan beberapa kebutuhan dengan minyak sawit.

Ilustrasi: Menggenggam Kelapa Sawit (credit: wwf)
Ilustrasi: Menggenggam Kelapa Sawit (credit: wwf)

Sementara volume ekspor Indonesia khusus CPO dan turunannya pada semester pertama 2019 ke Uni Eropa mengalami stagnasi dengan kenaikan yang hanya mampu mencapai 0,7% saja atau dari 2,39 juta periode Januari – Juni 2018 naik tipis menjadi 2,41 juta ton periode yang sama 2019.

Selanjutnya volume ekspor CPO dan turunannya ke India pada periode yang sama anjlok 17% menjadi 2,1 juta ton dari 2,5 juta ton. Penurunan ekspor juga diikuti Amerika Serikat 12%, Pakistan 10% dan Bangladesh 19%.

Sementara itu, dari dalam negeri, penyerapan untuk biodiesel sangat impresif. Sepanjang Januari – Juni 2019 penyerapan biodiesel telah mencapai 3,29 juta ton atau naik 144% dibandingkan periode yang sama 2018 yang hanya mampu menyerap sebesar 1,35 juta ton.

Secara umum, faktor internal penurunan harga TBS pekan ini dipengaruhi oleh turunnya harga jual CPO dan kernel dari hampir seluruh perusahaan sumber data. Sedangkan untuk faktor eksternal, harga minyak sawit mentah atau CPO masih terus menurun. Selain itu, harga TBS juga menurun akibat berkurangnya tingkat permintaan dari negara-negara pengimpor serta kekhawatiran seputar perang dagang yang turut memangkas permintaan China.

Tahun 2020, harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) telah menembus level 3.000 ringgit per ton. Faktor cuaca dan prospek stimulus di Amerika Serikat menjadi katalis utama pergerakan harga komoditas andalan Indonesia dan Malaysia ini, demikian seperti dilansir dari Bisnis.

Pengiriman minyak kelapa sawit belakangan terhambat lantaran frekuensi hujan yang lebih tinggi. Hal itu pula yang menyebabkan penurunan produksi dan harga CPO melambung. Disahkannyaomnibus law UU Cipta Kerja juga berkontribusi terhadap kenaikan harga minyak kelapa sawit. Dengan persyaratan investasi yang mudah, investor asing pun menjadi makin mudah masuk Indonesia dan membuka peluang investasi pada sektor minyak kelapa sawit.

Sebagai informasi, berikut ini daftar harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Riau untuk periode 30 September – 6 Oktober 2020 lalu dengan periode 10-16 November 2021.

Tandan segar kelapa sawit (sumber: gapki.id)
Tandan segar kelapa sawit (sumber: gapki.id)

Daftar Harga Tandan Buah Segar Kelapa Sawit

Usia TanamHarga TBS per KilogramSebelumnya (Rp)Harga TBS per KilogramSekarang (Rp)
3 tahun1.507,282per kg2.575,18per kg
4 tahun1.634,09 per kg2.779,15per kg
5 tahun1.787,44 per kg3.026,38per kg
6 tahun1.830,59 per kg3.097,68per kg
7 tahun1.902,03 per kg3.218,61per kg
8 tahun1.954,748 per kg3.306,31per kg
9 tahun2.001,15 per kg3.380,69per kg
10 – 20 tahun2.048,40 per kg3.457,15per kg
21 tahun1.960,56 per kg3.316,35per kg
22 tahun1.950,61 per kg3.300,41per kg
23 tahun1.942,33 per kg3.287,13per kg
24 tahun1.859,46 per kg3.154,30per kg
25 tahun1.813,88 per kg3.081,24per kg

Harga minyak sawit mentah (CPO) tahun 2020 laluditetapkan Rp9.369,14/Kg dan harga Kernel Rp4.791/Kg dengan indeks K 88,45%. Jika dibandingkan dengan tahun 2019, harga TBS sawit tahun 2020 mengalami kenaikan. Misalnya untuk usia tanam 3 tahun yang tahun 2019 harganya Rp1.099 per kg, pada 2020 jadi Rp1.507,282per kg. Demikian pula harga CPO yang sebelumnya hanya Rp6.922,14/Kg.

Kemudian, pada 2021 harga minyak sawit mentah (CPO) ditetapkan Rp14.439,32 per kg dan harga Kernel (inti sawit) Rp11.263,97 per kg dengan indeks K 91,99%. Jika dibandingkan dengan tahun 2020, harga CPO dan kernel tahun ini memang mengalami kenaikan yang cukup signifikan, demikian pula dengan harga tandan buah sawit (TBS).

Namun, daftar harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di atas bisa saja berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya. Selain itu, prediksi harga kelapa sawit yang telah dijabarkan sebelumnya bisa saja berbeda dengan kondisi yang sebenarnya di . Perbedaan prediksi dan harga aktual kelapa sawit di pasaran bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari jumlah produksi, faktor cuaca, hingga kebijakan yang diambil oleh pemerintah.

Pada awal 2022 mendatang, harga minyak sawit diperkirakan akan turun, demikian seperti dilansir dari Infosawit. Menurut Thomas Mielke dari Oil Word, kurangnya penanaman baru kelapa sawit akan memperlambat pertumbuhan area menghasilkan menjadi hanya 400.000 ha hingga 500.000 ha di tahun 2022, dibandingkan pertumbuhan tahunan 0,9 ha hingga satu juta ha hingga di 2018.

Mielke menambahkan, secara keseluruhan harga minyak nabati yang tinggi saat ini tidak berkelanjutan dan harga akan turun pada Januari atau Juni tahun depan, karena dipicu oleh peningkatan produksi dan melonjaknya stok.

[Update: Dian]

[1]Pahan, I. 2021. Panduan Budidaya Kelapa Sawit untuk Pekebun. Leni H, editor. Depok: Penebar Swadaya, hlm 3.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *