Pengertian, Komponen dan Contoh Activity Based Costing (Biaya Berdasarkan Aktivitas) Terbaru

biaya mengenal adanya perhitungan biaya berdasarkan aktivitas yang biasa disebut juga dengan Activity Based Costing. Ini adalah suatu sistem perhitungan biaya, dengan tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu, dialokasikan menggunakan dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volume related factor).

Ilustrasi: perhitungan biaya (sumber: smartpresence.id)
Ilustrasi: perhitungan biaya (sumber: smartpresence.id)

Apa Itu Activity Based Costing?

Teknik perhitungan biaya secara tradisional sering memicu adanya distorsi pada proses perhitungan biaya, yang akhirnya menyebabkan kesalahan alokasi pada ketiga jenis biaya (biaya bahan baku langsung, biaya tenaga langsung, dan biaya overhead).[1] Nah, untuk mengatasi distorsi yang ditimbulkan teknik perhitungan biaya secara tradisional, dapat menggunakan Activity Based Costing atau biasa disingkat ABC.[2]

Bacaan Lainnya

Seperti namanya, ABC adalah sistem perhitungan biaya yang berfokus pada aktivitas yang terbentuk untuk memproduksi suatu produk pada proses pemanufakturan.[3] Biaya ini dapat ditelusuri dari aktivitas ke produk berdasarkan setiap aktivitas yang dikonsumsi produk. ABC tidak hanya bisa diimplementasikan pada perusahaan manufaktur, melainkan juga perusahaan yang bergerak pada sektor jasa.

Dalam perhitungan ABC, ada tingkatan biaya serta pemicunya. Pemicu yang dimaksudkan di sini adalah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead. Ada pula pemicu sumber daya yang merupakan dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu sumber daya tersebut. Selain itu, ada juga yang disebut dengan pemicu aktivitas (activity driver), yakni suatu dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu aktivitas ke produk, pelanggan, atau objek biaya final (final cost object) lainnya.

Tingkatan Agregasi Activity Based Costing

  • Tingkat unit, maksudnya ada suatu unit yang disebut dengan sub kelompok dari suatu batch. Biaya tingkat unit (unit level cost) yang dihitung merupakan biaya yang meningkat saat satu unit diproduksi. Biaya ini merupakan satu-satunya biaya yang selalu dapat dibebankan secara akurat proporsional terhadap volume, contohnya biaya listrik, biaya pemanasan, tenaga kerja inspeksi. Di biaya tingkat unit, ada pemicunya, yang merupakan ukuran aktivitas yang bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi dan dijual. Pemicu ini merupakan satu-satunya dasar alokasi yang berkaitan dengan volume dalam ABC, contohnya antara lain jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, berat bahan baku langsung, biaya bahan baku langsung, dan lainnya.
  • Tingkat batch, disebut juga batch level unit, adalah biaya yang disebabkan oleh jumlah batch yang diproduksi dan dijual. Biaya ini merupakan biaya yang tidak akan meningkat apabila satu atau lebih unit ditambahkan ke batch tersebut. Selain itu, sangat dipengaruhi oleh jumlah batch, tetapi tidak tergantung kepada jumlah unit, contohnya biaya persiapan, biaya pembelian dan penerimaan, inspeksi, biaya pemasaran dan administratif, dan lainnya. Dalam tingkat batch, ada pemicunya (product level driver) yang merupakan ukuran aktivitas yang bervariasi dengan jumlah batch yang diproduksi dan dijual, contohnya adalah persiapan, jam persiapan, pesanan , dan permintaan bahan baku.
  • Tingkat produk (product level cost), adalah biaya yang terjadi untuk mendukung sejumlah produk berbeda yang dihasilkan. Biaya ini tidak dipengaruhi oleh produksi dan penjualan satu batch atau satu unit lebih banyak. Contohnya biaya desain produk, biaya pengembangan produk, pembuatan prototipe, teknik produksi, biaya peralatan/mesin, biaya pembelian, biaya penerimaan, inspeksi, biaya paten, dan lainnya. Pemicu tingkat produk (product level driver) adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dengan macam-macam jumlah produk yang diproduksi dan dijual, misalnya perubahan desain, jam desain, dan jumlah dari nomor/kode komponen.
  • Tingkat pabrik, biaya tingkat pabrik (plan level cost) merupakan biaya memelihara kapasitas di lokasi pabrik, contohnya biaya sewa, biaya penyusutan, pajak properti, asuransi untuk bangunan pabrik, total biaya konversi, jumlah unit, dan total biaya langsung. Dalam sistem ABC, biaya tingkat pabrik dialokasikan ke output menggunakan dasar alokasi tingkat unit, meskipun faktanya adalah biaya tingkat pabrik berbeda dari biaya tingkat. Pemicu dari tingkat pabrik (plan level driver) didasarkan pada luas lantai yang ditempati agar biaya tingkat pabrik dapat dibebankan.
Ilustrasi: tenaga kerja pabrik (sumber: betterwork.org)
Ilustrasi: tenaga kerja pabrik (sumber: betterwork.org)

Komponen Activity Based Costing

  • Aktivitas, suatu unit kerja. Sebagai contoh, apabila Anda mengunjungi suatu cafe untuk makan, maka pramusaji di kafe tersebut akan melakukan aktivitas seperti memberikan menu, menerima pesanan, mengirim pesanan ke dapur, menyajikan menu pesanan, menghitung dan memberikan tagihan, hingga menerima pembayaran.
  • Resource drivers, merupakan inti dari proses sumber daya menuju aktivitas, adalah tolak ukur jumlah resources yang dibutuhkan oleh suatu aktivitas.
  • Resources atau sumber daya dalam activity based costing, adalah unsur ekonomi yang dipergunakan untuk menyelesaikan suatu aktivitas. Resources ini merupakan wadah organisasi menganggarkan dana dan sebagai kategori biaya untuk dicatat.
  • Cost objects, dapat berwujud produk, kontrak, pelanggan, , atau aktivitas serta unit kerja lain yang ingin memiliki pengukurannya tersendiri. suatu produk atau jasa adalah bentuk umum dari objek biaya.
  • Activities drivers, adalah penggerak biaya kegiatan. Sama prinsipnya dengan penggerak sumber daya, activities drivers memberikan objek biaya pada suatu aktivitas.

Perbedaan Activity Based Costing dan Sistem Perhitungan Biaya Tradisional

Activity Based CostingSistem Tradisional
Sifat jenis pemicu aktivitas yang digunakan tidak terbatas pada ukuran volumeSifat dan jenis pemicu aktivitas yang digunakan terbatas pada ukuran volume
Merupakan sistem perhitungan dua tahapMerupakan sistem perhitungan satu tahap atau dua tahap
Jumlah tempat penampungan biaya overhead dan dasar alokasi cenderung lebih banyak di sistem ABCSistem tradisional menggunakan satu tempat penampungan biaya atau satu dasar alokasi untuk semua tempat penampungan biaya
Biaya produk per unit yang dilaporkan tidak tergantung pada rendahnya volumeBiaya produk yang dilaporkan lebih tinggi untuk produk dengan volume tinggi dan biaya per unit lebih rendah untuk produk dengan volume rendah

Activity Based Costing

Secara konseptual, ABC lebih superior dibanding sistem lain, seperti tradisional, karena manajemen memiliki opsi untuk menganggap biaya tingkat pabrik pada sistem ABC sebagai biaya periodik, tetapi masih dapat mengalokasikan bagian tingkat batch biaya sebagai biaya variabel. Hal ini karena desain ABC didesain sebagai alat pembuat keputusan strategis dalam jangka panjang.

Ilustrasi: rapat perusahaan (sumber: roomme.id)
Ilustrasi: rapat perusahaan (sumber: roomme.id)

Kelemahan Activity Based Costing

ABC memang menghasilkan informasi biaya produk yang dapat diandalkan, tetapi tetap merupakan sistem alokasi. Meski demikian, terdapat pula kelemahan ABC, terutama untuk biaya tingkat pabrik, karena ABC hanya memiliki sedikit atau bahkan sama sekali tidak ada keunggulan dibandingkan dengan perhitungan biaya tradisional.

ABC juga tidak menunjukkan biaya yang dapat dihindari menghentikan suatu produk atau dengan memproduksi produk dalam batch dengan jumlah yang lebih kecil. ABC menunjukkan berapa banyak aktivitas tingkat batch dan produk yang digunakan, bukan seberapa banyak penghematan yang dikeluarkan jika lebih sedikit produk atau batch yang diproduksi.

Contoh Penghitungan Activity Based Costing

Misalnya, PT Jalan Berdiri memproduksi dua produk, yakni sandal dan sepatu. Volume produksi sepatu sebanyak 1.000 unit, sedangkan volume produksi sandal sebanyak 2.000 unit. Sepatu tersebut dijual dengan harga Rp20.000, sedangkan harga sandal Rp10.000. Diketahui pula, biaya utama sebesar Rp10.000 untuk sepatu dan Rp5.000 untuk sandal, dengan jam kerja langsung 500 jam untuk sepatu dan 1.000 jam untuk sepatu.

Aktivitas dan Anggaran

AktivitasAnggaran/Biaya
RekayasaRp100.000
Set upRp500.000
MesinRp2.000.000
PackagingRp200.000
Ilustrasi: perhitungan biaya (sumber: phamnews.co.uk)
Ilustrasi: perhitungan biaya (sumber: phamnews.co.uk)

Data Aktivitas Sesungguhnya

AktivitasKonsumsiJumlah
SepatuSandal
RekayasaRp35.000Rp15.000Rp50.000
Set upRp50.000Rp50.000Rp100.000
MesinRp250.000Rp150.000Rp400.000
PackagingRp50.000Rp50.000Rp100.000

Penghitungan Activity Based Costing

AktivitasJumlah AnggaranJumlah AktivitasTarif Aktivitas
RekayasaRp100.000Rp50.000Rp2
Set upRp500.000Rp100.000Rp5
MesinRp2.000.000Rp400.000Rp50
PackagingRp200.000Rp100.000Rp2

Setelah activity based costing diketahui, perusahaan bisa membebankan biaya overhead kepada masing-masing produk yang dibuat. Setelah mengetahui biaya utama dan biaya overhead masing-masing produk, nantinya akan diketahui harga per unit produk yang sebenarnya, sehingga laba bersih perusahaan juga dapat diketahui.

[1] Gunasekaran, A., H. B. Marri, Y. Y. Yusuf. 1999. Application of Activity-Based Costing: Some Case Experiences. Managerial Auditing Journal, Vol. 14(6): 286-293.

[2] Hakim, Tito IM Rahman. 2018. Activity-Based Costing and Its Derivatives and Significance in the Cutting-Edge Environment. The International Journal of Applied Business, Vol. 2(2): 50-65.

[3] Ibid.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *