Infeksi bakteri ternyata tidak hanya dapat menimbulkan jerawat, melainkan juga bisa menyerang saluran pernapasan, mata, hingga alat kelamin. Untungnya, sekarang sudah ada sejumlah obat yang diklaim dapat membantu mengobati masalah tersebut, salah satunya Azithromycin. Hadir dalam berbagai merk, termasuk Zithromax, harga obat ini memang dapat dikatakan cukup mahal dan harus dengan resep dokter.
Virus memang menjadi penyebab banyak penyakit yang patut kita waspadai. Namun, kita juga tidak boleh melupakan bakteri. Pasalnya, bakteri atau mikroorganisme patogen yang masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan infeksi.[1] Infeksi sendiri masih merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kasus kesehatan di rumah sakit serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya di indonesia.
Mekanisme transmisi bakteri patogen ke pasien yang rentan dapat melalui tiga cara. Pertama adalah transmisi dari flora normal pasien (endogenous infection), kemudian transmisi dari flora lingkungan layanan kesehatan (endemic or epidemic exogenous environmental infection), serta transmisi dari flora pasien atau tenaga kesehatan (exogenous cross-infection).[2]
Masing-masing bakteri menyebabkan infeksi yang berbeda-beda. Enterobacter cloacae misalnya, merupakan salah satu bakteri penyebab infeksi nosokomial seperti pneumonia, infeksi saluran kemih, infeksi luka, dan infeksi yang dihubungkan dengan alat.[3] Sementara itu, Serratia liquefaciens adalah bakteri gram negatif yang dapat menyebabkan pneumonia, bakteremia, dan endokarditis, terutama pada pasien yang dirawat di rumah sakit.
Untungnya, saat ini ada banyak obat yang dapat digunakan untuk melawan infeksi akibat bakteri, salah satunya Azithromycin. Dikutip dari Alodokter, Azithromycin adalah obat untuk mengobati infeksi bakteri di berbagai organ dan bagian tubuh, seperti saluran pernapasan, mata, kulit, dan alat kelamin. Produk ini umumnya tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, suspensi, dan suntik.
Masih menurut referensi yang sama, Azithromycin bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan bakteri, sehingga tidak dapat digunakan untuk melawan infeksi yang disebabkan virus. Sementara itu, berdasarkan keterangan Kalbemed, mekanisme kerja Azithromycin adalah dengan berikatan pada ribosom subunit 50 S sehingga mengganggu sintesis protein bakteri. Bioavailability Azithromycin adalah 37 persen, terutama diekskresikan melalui feses dalam bentuk utuh dan sebagian kecil melalui urine. Waktu paruh eliminasi plasma adalah dua sampai empat hari.
Azithromycin dikatakan sebagai senyawa antibiotik turunan makrolida dan salah satu senyawa antibiotik yang paling populer di dunia. Obat ini dapat diberikan secara oral untuk mengobati infeksi pada bronkus, infeksi kulit, dan peradangan pada tonsil. Namun, Azithromycin memiliki kelarutan yang rendah dalam air, sehingga daya absorpsi obat setelah pemberian oral cukup rendah, yang akan memengaruhi efektivitas produk.[4]
Beberapa teknik yang sudah dilakukan untuk memperbaiki kelarutan dan laju disolusi senyawa obat yang sukar larut dalam air antara lain pengurangan ukuran partikel (micronization), pembentukan fase multikomponen kristal, dan desain sistem dispersi padat. Khusus untuk dispersi padat, ini adalah dispersi senyawa aktif farmasi dalam bentuk molekular, fase amorf atau partikel halus dalam pembawa inert yang berada dalam keadaan padat.[5]
Indikasi Zithromax
Sudah banyak produk obat yang telah mengandung Azithromycin, termasuk Zithromax. Dikutip dari berbagai sumber, Zithromax adalah obat atau antibiotik buatan Pfizer Indonesia, yang mengandung Azithromycin dehydrate, dan diindikasikan untuk terapi pengobatan infeksi sistemik, infeksi saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan bawah, infeksi kulit dan struktur kulit, uretritis (pembengkakan yang terjadi pada uretra), serta servisitis (peradangan yang terjadi pada serviks atau leher rahim) non-gonokokal dan servisitis akibat Chlamydia trachomatis.
Dosis Zithromax Tablet
- Infeksi Menular Seksual pada orang dewasa (termasuk manula), diberikan dosis dua tablet sebagai dosis oral tunggal.
- Semua indikasi lain pada orang dewasa (termasuk manula), diberikan satu tablet, diminum satu kali sehari selama tiga hari.
- Anak-anak, dosis 10 mg per kg berat badan setiap hari sebagai dosis harian tunggal selama tiga hari.
Dosis Zithromax Kaplet
- Infeksi Menular Seksual pada orang dewasa (termasuk manula), diberikan dosis empat tablet sebagai dosis oral tunggal.
- Semua indikasi lain pada orang dewasa (termasuk manula), diberikan dua tablet, diminum satu kali sehari selama tiga hari.
- Anak-anak, dosis 10 mg per kg berat badan setiap hari sebagai dosis harian tunggal selama tiga hari.
Dosis Zithromax Sirup Kering
- Pasien dengan berat badan 36 sampai 45 kg, diberikan dua sendok takar (10 ml), diminum satu kali sehari selama tiga hari.
- Pasien dengan berat badan 26 sampai 35 kg, diberikan 1,5 sendok takar (7,5 ml), diminum satu kali sehari selama tiga hari.
- Pasien dengan berat badan 15 sampai 25 kg, diberikan satu sendok takar (5 ml), diminum satu kali sehari selama tiga hari.
Dosis Zithromax Intravena
- Pasien dewasa dengan penyakit pneumonia, diberikan 500 mg sebagai dosis tunggal minimal dua hari melalui infus intravena. Dilanjutkan dengan pemberian Azithromycin oral 500 mg sebagai dosis tunggal harian untuk menyelesaikan terapi selama tujuh sampai sepuluh hari.
- Pasien dengan penyakit radang panggul, diberikan 500 mg sebagai dosis tunggal selama satu sampai dua hari melalui infus intravena. Dilanjutkan dengan Azithromycin oral, dosis tunggal 250 mg setiap hari untuk menyelesaikan terapi selama tujuh hari.
Aturan Minum Zithromax
Gunakan Zithromax sesuai petunjuk dokter. Obat berbentuk suntik akan diberikan oleh dokter atau petugas medis di bawah pengawasan dokter. Jika Zithromax berbentuk kapsul, tablet, atau suspensi, telan obat ini dengan segelas air. Sementara, apabila Zithromax berbentuk sirup kering atau suspensi serbuk, masukkan ke dalam gelas yang berisi seperempat air. Aduk hingga semuanya larut dan gunakan sesuai anjuran dokter.
Obat ini dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, gunakan obat ini pada waktu yang sama setiap harinya. Jika terlupa, segera konsumsi obat ini saat teringat. Namun, apabila sudah mendekati waktu penggunaan dosis berikutnya, jangan menggandakan atau menambah dosis tanpa petunjuk dokter.
Saat ini, tidak sulit mendapatkan Zithromax. Pasalnya, Anda sudah bisa membeli produk tersebut di sejumlah apotek. Bahkan, tidak sedikit yang menawarkan obat ini di beberapa situs jual beli online. Karena kegunaannya, harga Zithromax memang tidak bisa dikatakan murah. Berikut referensi kisaran harga Zithromax di pasaran dalam negeri.
Harga Zithromax
Varian Zithromax | Harga |
Zithromax 250 mg | Rp48.329 per tablet |
Rp255.000 per box (6 tablet) | |
Zithromax Tablet 500 mg | Rp94.954 per tablet |
Rp246.378 per box (3 tablet) | |
Rp492.756 per box (6 tablet) | |
Zithromax Sirup Kering 15 ml | Rp204.209 per botol |
Tentunya, harga Zithromax di atas tidak terikat dan bisa berubah sewaktu-waktu. Sebagai contoh, Zithromax Sirup Kering 15 ml yang dibanderol Rp164.310 – Rp200.204 per botol tahun 2021, naik menjadi Rp204.209 per botol tahun 2022.
Efek Samping Zithromax
Meskipun diklaim efektif, layaknya obat pada umumnya, Zithromax juga memiliki efek samping. Efek samping yang sering terjadi pada beberapa pasien antara lain mual dan muntah, perut terasa tidak nyaman, perut kembung, diare dan buang air besar, gangguan pada pendengaran, gagal ginjal akut, hingga pusing dan vertigo.
Pada tahun 2020 lalu, obat yang mengandung Azithromycin sempat dipertimbangkan sebagai salah satu pilihan untuk melawan penyakit COVID-19. Namun, pada tahun 2012, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah mengeluarkan peringatan penggunaan Azithromycin dan efek samping terhadap jantung. Sementara, studi yang dilakukan University of Illinois menemukan bahwa zat Azithromycin yang dikonsumsi bersamaan dengan obat lain tertentu, dapat memengaruhi fungsi listrik jantung.
[Almas]
[1] Potter, Patricia A. dan Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik (Edisi 4). jakarta: EGC.
[2] Kurniawati, Ajeng F. S., Prijono Satyabakti, Novita Arbianti. 2015. Perbedaan Risiko Multidrug Resistance Organisms (Midros) Menurut Faktor Risiko dan Kepatuhan Hand Hygiene. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 3(3): 277-289.
[3] Suharto, Robert U. 1993. Infeksi Nosokomial: Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran (Edisi Revisi). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
[4] Zaini, Erizal, Netty Novitasari, Maria Dona Octavia. 2017. Pembentukan Sistem Dispersi Padat Amorf Azitromisin Dihidrat dengan Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC). Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Vol. 3(2): 165-171.
[5] Ibid.