Indikasi dan Update Harga Neurobion Biru (Strip dan Box)

Pastinya Anda sudah cukup familiar dengan Neurobion. Ini memang salah satu jenis obat yang banyak dikonsumsi orang dewasa, terutama lansia. Saat ini, Neurobion telah hadir dalam berbagai macam varian kemasan, salah satunya Neurobion yang dikemas dalam kaplet berwarna biru (Neurobion FC) dengan yang tergolong terjangkau.

Gejala Neuropati Perifer Diabetik pada Lansia (sumber: Klikdokter)
Gejala Neuropati Perifer Diabetik pada Lansia (sumber: Klikdokter)

Alasan Neurobion sering dikonsumsi oleh orang dewasa atau lansia, karena fungsi obat tersebut yang biasanya diberikan pada penderita diabetes melitus, mengingat masih jarang ada pasien diabetes melitus dari kalangan atau anak-anak. Obat ini dapat diberikan pada pasien diabetes melitus yang memiliki komplikasi NPD (Neuropati Perifer Diabetik).

Bacaan Lainnya

Indikasi Neurobion Biru

NPD merupakan salah satu jenis komplikasi kronis yang paling banyak ditemukan pada pasien diabetes melitus. NPD sendiri memiliki variasi manifestasi, antara lain dengan keluhan nyeri hebat atau tanpa keluhan. Untuk menurunkan gejala NPD, seperti nyeri, rasa terbakar, paresthesia, mati rasa, dan lain-lain, biasanya dokter akan meresepkan beberapa macam obat, di antaranya antikonvulsan dan neurotropik seperti Neurobion Biru.

Komposisi Neurobion Biru

Neurobion Biru sendiri merupakan suplemen vitamin neurotropik yang mengandung vitamin B1, B6, dan B12. Vitamin neurotropik seperti ini berfungsi menormalkan fungsi saraf dengan cara memperbaiki gangguan metabolisme saraf melalui pemberian asupan yang dibutuhkan.[1]

Selain digunakan sebagai terapi untuk penderita NPD, Neurobion Biru juga memiliki indikasi untuk pasien kekurangan vitamin B, mengatasi gejala anemia, kelelahan atau tubuh melemah, berat badan menurun, kerusakan dan nyeri saraf, kondisi kebingungan, depresi, sakit kepala, masalah ingatan dan risiko demensia, gagal jantung, sistem imun menurun, masalah ginjal, masalah pada kulit, rambut rontok, dan gangguan hati.

Semua indikasi Neurobion di atas tentunya tidak lepas dari komposisi obat tersebut. Dalam satu tablet Neurobion Biru, dikatakan sudah mengandung vitamin B1 (Thiamine Mononitrate) 100 mg, vitamin B6 (Pyridoxine Hydrochloride) 200 mg, dan vitamin B12 (Cyanocobalamin) 200 mcg.

Dosis Neurobion Biru

Neurobion Biru harus diminum sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter. Meski demikian, Anda pun bisa minum Neurobion Biru dengan dosis umum, yaitu 1 tablet dalam sehari. Cara minum Neurobion Biru tidaklah sulit, Anda hanya perlu mengonsumsinya seperti ketika Anda minum obat pada umumnya.

Ilustrasi: pil obat (sumber: chemistclick.co.uk)
Ilustrasi: pil obat (sumber: chemistclick.co.uk)

Minumlah Neurobion Biru setelah makan, ditemani air putih minimal 250 ml atau segelas. Setelah mengonsumsi Neurobion Biru, Anda dianjurkan untuk minum lebih banyak air, minimal 8 gelas setiap hari. Ini akan membantu mempercepat proses penyerapan vitamin dalam tubuh Anda.

Khusus bagi pasien dengan penyakit kronis atau penyakit tertentu, harus mendapatkan resep dokter terlebih dahulu jika ingin membeli Neurobion Biru. Ini karena pasien harus mendapatkan dosis dan anjuran minum yang sesuai dengan kondisi penyakitnya.

Cara Konsumsi Neurobion Biru

Dilansir dari hellosehat, sebenarnya siapapun bisa mengonsumsi Neurobion Biru. Namun, vitamin ini akan lebih bermanfaat bagi orang yang mengalami defisiensi vitamin B. Kebanyakan pasien yang sering mengalami kekurangan vitamin B, yaitu lansia, ibu hamil, pasien dengan riwayat penyakit kronis, orang yang sering menjalani diet ketat, pasien yang sedang mengonsumsi metformin, dan pasien yang sedang mengonsumsi acid reducer.

Efek Samping Neurobion Biru

Perlu Anda ketahui, meskipun Neurobion Biru bisa Anda dapatkan dengan mudah, Anda tetap harus mengikuti anjuran pemakaiannya. Cara minum yang kurang tepat atau dengan dosis berlebihan, dapat menimbulkan efek samping yang buruk. Selain itu, bagi Anda yang memiliki hipersensitif atau alergi terhadap kandungan Neurobion Biru, tidak disarankan mengonsumsinya.

Ada banyak efek samping yang dapat ditimbulkan oleh Neurobion Biru, antara lain mual, muntah, sakit perut, diare, ruam di kulit, gatal-gatal, mengi atau sesak napas, kesulitan berbicara, sakit tenggorokan, suara serak, dan pembengkakan (di mulut, , lidah, dan tenggorokan). Apabila pasien mengalami gejala tersebut, sebaiknya segera menghentikan konsumsi. Jika gejala masih terus berlanjut, Anda juga harus berkonsultasi dengan dokter dan meminta obat untuk mengurangi atau mengatasi gejalanya.

Setelah mengetahui indikasi dan cara pemakaiannya, apakah Anda ingin membeli Neurobion Biru? Jika iya, berikut info harga terkini Neurobion Biru di apotek terdekat.

Harga Neurobion Biru

Neurobion Forte Biru (sumber: shopee)
Neurobion Forte Biru (sumber: shopee)
Varian Neurobion BiruHarga
Neurobion Biru per stripRp25.656
Neurobion Biru 1 box isi 3 stripRp72.000

Jika dibandingkan penawaran sebelumnya, harga Neurobion kemasan berwarna biru di apotek saat ini cenderung naik. Misalnya, Neurobion Biru tablet per strip yang semula dijual seharga Rp23.906, kini menjadi Rp25.656. Begitu pula untuk pembelian Neurobion Biru tablet per box isi 3 strip yang naik dari Rp68 ribu menjadi Rp72 ribu.

Selain Neurobion, ada pula beberapa merk obat nyeri saraf yang dapat Anda peroleh di apotek. Sebagai referensi, berikut kami sajikan info merk obat  nyeri saraf beserta harganya.

Harga Obat Nyeri Saraf Lainnya

Merk ObatHarga
Neuralgin Rhema TabletRp971 per tablet
Mobafer 500 mgRp3.245 per tablet
Oxicobal 500 mcgRp6.597 per strip
Pregabalin Novell 75 mgRp7.774 per tablet
Dolo Neurobion TabletRp23.449 per strip
Neurovit E TabletRp41.536 per strip

Perlu diketahui bahwa harga obat di atas dapat mengalami perubahan sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya. Anda bisa membeli obat tersebut di toko obat seperti Apotek K24 dan Kimia Farma terdekat.

[Update: Ditta]

[1] Dewi, Ratna Sari Kusuma, dkk. 2016. Pemberian Kombinasi Vitamin B1, B6, dan B12 Sebagai Faktor Determinan Penurunan Nilai Total Gejala pada Pasien Neuropati Perifer Diabetik. Jurnal Farmasi dan Komunitas, Vol. 13(2): 97-104.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *