Minyak tanah menjadi salah satu kebutuhan dasar setiap kalangan, khususnya menengah ke bawah. Tak heran, jika kebutuhan minyak tanah di pasaran begitu tinggi seiring dengan permintaan masyarakat. Minyak tanah dijual bebas dengan harga non subsidi bagi umum, sedangkan untuk kalangan tidak mampu dapat membeli minyak tanah bersubsidi per liter.
Minyak tanah disebut juga dengan kerosene yakni bahan bakar jenis distilat yang tidak berwarna (jernih). Penggunaan minyak tanah pada umumnya untuk keperluan industri (seperti solvent) dan sebagian masih digunakan sebagai bahan bakar di rumah tangga (memasak, penerangan, dll). Untuk keperluan industri, minyak tanah kerap menghasilkan sejumlah bahan produksi dalam kategori, plastik, serat yang sintetis, karet yang sintetis, pestisida, detergen, pelarut, pupuk, obat dan beberapa vitamin.
JIka dikalkulasikan, hampir semua produk dari kehidupan manusia diproses dari bahan baku minyak bumi. Pemanfaatan dari minyak bumi ini dapat membantu kehidupan manusia dalam melakukan banyak aktivitas sehingga manfaat minyak bumi dan gas alam sudah tak terhitung lagi. Minyak bumi dalam hal ini minyak tanah dispesifikasikan dengan beberapa karakteristik berikut.
Spesifikasi Minyak Tanah
Karakteristik | Satuan | Batasan | Metode Uji |
Densitas pada 15 derajat celsius | kg/m3 | Maksimal 835 | ASTM: D 1298 |
Titik asap | mm | Minimal 15 | ASTM: D 1322 |
Nilai Jelaga (Char Value) | mg/kg | Maksimal 40 | IP: 10 |
Distilasi: Perolehan pada 200 derajat celsius | % vol | Minimal 18 | ASTM: D 86 |
Distilasi: Titik Akhir | Derajat celsius | Maksimal 310 | – |
Titik Nyala Abel | Derajat celsius | Minimal 38,0 | IP: 170 |
Kandungan Belerang | % massa | Maksimal 0,20 | ASTM: D 1266 |
Korosi Bilah Tembaga (3 jam/50 derajat celsius) | – | Maksimal No. 1 | ASTM: D 130 |
Bau dan Warna | – | Dapat dipasarkan | – |
Spesifikasi minyak tanah di atas telah disesuaikan dengan Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi No. 17.K/72/DJM/1999 tanggal 16 April 1999 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) bahan bakar minyak jenis minyak tanah yang dipasarkan di dalam negeri.
Saat ini, pemerintah telah mengupayakan program konversi minyak tanah ke elpiji 3 kilogram (kg). Hasilnya, permintaan minyak tanah di pasaran relatif menurun seiring waktu. Tak heran jika stok minyak tanah tetap melimpah karena fasilitas pengolahan minyak masih tetap memproduksi minyak tanah. Sejumlah pihak berupaya mengolah minyak tanah tersebut menjadi avtur sebagai bahan bakar pesawat dan sebagian lagi di produksi menjadi solar. Melalui proses hidro teater titik beku antara minyak tanah dengan avtur yang berbeda kemudian diseimbangkan.
Kuota Minyak Tanah Pertamina Per 2020
Wilayah | Total Kuota (KL) |
Jawa Barat | 15 |
Bengkulu | 51 |
Kalimantan Utara | 735 |
Sumatera Utara | 1.586 |
Sumatera Barat | 2.967 |
Nanggroe Aceh Darussalam | 3.319 |
Kalimantan Tengah | 3.868 |
Bangka Belitung | 5.866 |
Sulawesi Tengah | 6.053 |
Kepulauan Riau | 18.019 |
Sulawesi Utara | 18.700 |
Sulawesi Tenggara | 33.610 |
Nusa Tenggara Barat | 39.772 |
Maluku Utara | 70.139 |
Papua | 86.714 |
Maluku | 104.471 |
Nusa Tenggara Timur Total | 113.488 |
Papua Barat | 560.000 |
Data kuota minyak tanah di atas kami rangkum dari website resmi PT. Pertamina. Setiap wilayah di indonesia memiliki tarif berbeda untuk harga jual minyak tanah khususnya non subsidi. Namun, Pertamina telah merilis resmi harga minyak tanah per liter pada seluruh wilayah yang berlaku per Februari 2020. Jika terdapat kenaikan tarif, tentunya Pertamina sebagai produsen akan menyebarkan informasi resmi melalui websitenya.
Daftar Harga Minyak Tanah Non Subsidi
Wilayah | Tarif per liter (Rp) |
Kodya Batam (FTZ) | 10.200 |
Prov. Nanggroe Aceh Darussalam | 11.220 |
Prov. Sumatera Utara | 11.220 |
Prov. Sumatera Barat | 11.220 |
Prov. Riau | 11.220 |
Prov. Kepulauan Riau | 11.220 |
Prov. Jambi | 11.220 |
Prov. Bengkulu | 11.220 |
Prov. Sumatera Selatan | 11.220 |
Prov. Bangka-Belitung | 11.220 |
Prov. Lampung | 11.220 |
Prov. DKI Jakarta | 11.220 |
Prov. Banten | 11.220 |
Prov. Jawa Barat | 11.220 |
Prov. Jawa Tengah | 11.220 |
Prov. DI Yogyakarta | 11.220 |
Prov. Jawa Timur | 11.220 |
Prov. Bali | 11.220 |
Prov. Kalimantan Barat | 11.330 |
Prov. Kalimantan Tengah | 11.330 |
Prov. Kalimantan Selatan | 11.330 |
Prov. Kalimantan Timur | 11.330 |
Prov. Kalimantan Utara | 11.330 |
Prov. Nusa Tenggara Barat | 11.550 |
Prov. Gorontalo | 11.550 |
Prov. Sulawesi Tengah | 11.550 |
Prov. Sulawesi Tenggara | 11.550 |
Prov. Sulawesi Selatan | 11.550 |
Prov. Sulawesi Barat | 11.550 |
Prov. Nusa Tenggara Timur | 11.770 |
Prov. Maluku | 11.770 |
Prov. Maluku Utara | 11.770 |
Prov. Papua | 11.770 |
Prov. Papua Barat | 11.770 |
Tarif di atas telah ditetapkan secara resmi oleh Pertamina sejak 1 Februari 2020. Harga tersebut kami rangkum dari website resmi Pertamina. Sementara itu, untuk harga minyak tanah bersubsidi telah diatur dalam Keputusan Menteri ESDM No. 83 K/12/MEM/2020 tentang Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu dan Jenis Bahan Bakar Minyak Khusus Penugasan.
Menteri Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) telah memberlakukan tarif BBM dan minyak tanah pada 8 April 2020. Dalam diktum pertama Kepmen ESDM No. 83/2020 disebutkan harga jual eceran BBM bersubsidi ditetapkan sebesar Rp2.500 per liter untuk minyak tanah dan Rp5.150 per liter untuk solar. Harga minyak tanah sudah termasuk pajak pertambahan nilai PPn, sementara harga solar termasuk PPn dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB).