Update Harga Kambing Boer Full Blood dan F Series

Kambing boer termasuk jenis kambing unggul yang ini banyak dibudidayakan karena memiliki harga jual tinggi. Berasal dari Afrika Selatan dan telah masuk ke Indonesia sejak lebih dari 65 tahun lalu, kambing boer adalah kambing pedaging terbaik di dunia. Pada umur 5-6 bulan, berat badan kambing ini sudah mencapai 35-45 kg dan sudah siap untuk dipasarkan. Sementara jika dibiarkan sampai usia dewasa (2-3 tahun), bobot badan kambing jantan bisa mencapai 120 kg.

Mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan memiliki daya tahan tubuh yang sangat bagus, tidak heran jika kambing boer dapat diternakkan di Indonesia. Namun, kambing boer yang ada di Indonesia sudah banyak mengalami persilangan dengan kambing lokal Indonesia. Salah satu contoh hasil persilangan kambing boer adalah boerka yang merupakan hasil persilangan dengan kambing kacang.^[1] Istilah “kambing boer bangsa murni” akan digunakan oleh registrasi kambing boer Indonesia jika seekor kambing sudah mencapai paling tidak generasi kelima, baik dari sisi induk maupun pejantan, berdasarkan catatan silsilahnya.

Kambing boer merupakan kambing potong yang dapat tumbuh sangat cepat. Rata-rata pertambahan bobot tubuh 0,02-0,04 kg per hari, tergantung pada banyaknya susu dari induk dan metode pemeliharaan sehari-harinya. Kambing boer jantan akan tumbuh sampai berbobot rata-rata 120-150 kg (umur 2-3 tahun). Dibandingkan dengan kambing lokal, persentase daging pada karkas kambing boer jauh lebih tinggi, yaitu mencapai 40-50% dari bobot tubuhnya.

Ciri-Ciri Kambing Boer

• Beberapa kambing boer memiliki garis putih ke bawah di wajahnya. Kulitnya berwarna cokelat yang melindungi dirinya dari kanker kulit akibat sengatan sinar matahari langsung.
• Berkepala warna cokelat kemerahan atau cokelat muda hingga cokelat tua.
• Tubuhnya lebar dan panjang.
• Berbulu putih, berkaki pendek, berhidung cembung, dan bertelinga panjang menggantung.

Kambing boer dapat hidup dalam suhu lingkungan yang ekstrem, dari suhu sangat dingin (-25°C) hingga sangat panas (43°C), dan mudah beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Kambing ini bahkan sangat suka berjemur pada siang hari. Kambing jenis ini bahkan sangat suka berjemur pada siang hari. Kambing jenis ini juga tahan terhadap serangan penyakit. Kambing boer dapat hidup di kawasan semak belukar, lereng gunung yang berbatu, atau juga di padang rumput. Secara alamiah, kambing boer adalah hewan yang lebih menyukai dedaunan dan tanaman semak daripada rumput.^[2]

Perkawinan pertama kali pada kambing boer tergantung besar tubuhnya, pada umumnya rata-rata pada umur 10-12 bulan. Masa kebuntingan kambing adalah 5 bulan, dan dalam dua tahun dapat melahirkan anak sebanyak tiga kali. Kambing betina pada umur satu tahun dapat menghasilkan 1-2 ekor anak dan selanjutnya pada saat melahirkan yang kedua dapat menghasilkan anak kembar dua atau tiga, karena kambing bersifat prolifik, beranak lebih dari satu ekor setiap kelahiran.

Secara umum, kambing boer memiliki karakteristik di antaranya tingkat reproduktivitas yang tinggi, adaptabilitas lingkungan tinggi, dan resisten terhadap penyakit atau parasit. Kambing boer juga memiliki performa produksi dan reproduksi yang baik dengan bobot sapih mencapai 17,5 kg.

Produksi susu kambing boer pun sangat tinggi kandungan lemaknya sehingga mampu mencukupi kebutuhan nutrisi dari anak-anaknya. Untuk masa berproduksi boer betina dapat menjadi induk sampai umur 5-8 tahun. Betina dewasa (umur 2-3 tahun) akan mempunyai berat 80-90 kg.^[3] Sebagai gambaran, berikut informasi harga kambing boer di pasaran.

Harga Kambing Boer

Informasi harga kambing boer di atas dirangkum dari berbagai sumber. Perlu Anda catat bahwa harga kambing boer tersebut tidak mengikat dan dapat berubah sewaktu-waktu. Sebagai perbandingan, pada tahun sebelumnya, harga kambing boer betina usia 1-2 tahun berkisar Rp14,5 jutaan per ekor, sedangkan harga kambing boer jantan usia 3-5 bulan sekitar Rp3 jutaan per ekor.

[Update: Panca]

^[1] AgroMedia. 2009. Petunjuk Praktis Menggemukkan Domba, Kambing, dan sapi Potong. Jakarta: AgroMedia Pustaka, hlm 57.

^[2] Susanto, A., dkk. 2015. Mengatasi Permasalahan Praktis Beternak Kambing. Jakarta: AgroMedia Pustaka, hlm 14.

^[3] Susilorini, T. E., dkk. 2019. Budi Daya Kambing dan Domba. Malang: UB Press, hlm 40.