Cacingan memang sering diderita bayi dan anak-anak karena kebiasaan mereka memasukkan benda asing yang baru mereka lihat ke dalam mulutnya. Namun, tidak cuma usia anak-anak, orang dewasa pun juga bisa terserang penyakit ini. Untungnya, sekarang sudah tersedia banyak obat yang dapat digunakan untuk meredakan gangguan tersebut. Nah, salah satu yang sedang menjadi buah bibir lantaran diklaim dapat dipakai untuk menangkal COVID-19 adalah Ivermectin. Sudah dipakai sejak tahun 1980-an sebagai anti-parasit, obat yang bisa dipakai untuk manusia maupun hewan ini dijual dengan harga berkisar puluhan hingga ratusan ribu rupiah.
Di Indonesia, prevalensi cacingan memang masih tinggi, terutama di kalangan balita, anak sekolah dasar, hingga orang yang dalam pekerjaannya sering berhubungan dengan tanah, seperti petani, pekerja perkebunan, dan pekerja pertambangan. Tidak cuma di dalam negeri, berdasarkan data WHO, kejadian cacingan di dunia jua tergolong tinggi, dengan 1 miliar orang terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides, 795 juta orang terinfeksi Trichuris trichiura, dan 740 juta orang terinfeksi Hookworm.[1]
Golongan balita dan SD diketahui menjadi kelompok yang paling rentan terhadap infeksi cacing, terutama pada usia tiga hingga delapan tahun.[2] Pasalnya, pada usia tersebut, pengetahuan tentang arti pentingnya kebersihan diri masih sangat minim, sehingga pola hidup yang tidak higienis menjadi kebiasaan mereka, termasuk buang air besar yang kurang baik, bermain di halaman rumah tanpa alas kaki, serta tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.[3]
Tidak hanya balita dan anak-anak, seperti dilansir dari Alodokter.com, cacingan juga bisa menyerang orang dewasa. Gejala yang ditimbulkan tidak berbeda jauh dengan gejala cacingan pada anak-anak. Umumnya, penyakit ini akan menimbulkan gejala seperti gatal di sekitar anus (terutama pada malam hari), iritasi kulit dan ruam di sekitar anus akibat sering digaruk, nyeri perut dan mual, nafsu makan berkurang, diare, hingga kelelahan dan berat badan menurun.
Indikasi Ivermectin
Untungnya, saat ini sudah tersedia banyak pilihan obat untuk memberantas cacingan. Salah satu yang sedang menjadi perbincangan hangat adalah Ivermectin. Ini adalah obat yang berfungsi untuk mengobati infeksi akibat cacing. Ivermectin bekerja dengan cara mencegah cacing dewasa bereproduksi dan membunuh larva cacing di dalam tubuh penderita.
Kenapa obat ini menjadi perbincangan hangat, lantaran diklaim dapat membunuh virus corona dalam waktu hanya 48 jam. Pada April 2020 lalu, Monash Biomedicine Discovery Institute (BDI), Australia, mengatakan bahwa obat tersebut dapat menaklukkan COVID-19 dalam kurun waktu dua hari dua malam saja. Namun, dilansir dari Snopes.com, belum ada bukti medis bahwa Ivermectin dapat menyembuhkan COVID-19 pada manusia.
Lalu, apa indikasi Ivermectin sebenarnya? Menurut keterangan yang disalin dari Kompas, pengobatan dengan Ivermectin sebenarnya sudah dilakukan pada tahun 1988 untuk membunuh cacing gelang Onchocerca volvulus yang menyebabkan kebutaan sungai pada manusia. Sayangnya, WHO menuturkan bahwa sekitar 17,7 juta orang masih menderita penyakit onchocerciasis.
Sementara, menurut Alodokter.com, selain onchocerciasis, Ivermectin digunakan untuk mengobati penyakit strongiloidiasis akibat infeksi cacing gelang jenis Strongyloides. Ivermectin dapat membunuh cacing Strongyloides dewasa, namun hanya dapat membunuh larva Onchocerca volvulus. Untuk membantu membunuh larva cacing Onchocerca volvulus, Ivermectin dapat dikombinasikan dengan obat misalnya antibiotik doxycycline.
Dosis Ivermectin
- Untuk Onchocerciasis, 0,15 mg/kgBB per hari untuk dewasa dan anak-anak dengan BB di atas 15 kg.
- Untuk Strongiloidiasis, 0,2 mg/kgBB per hari selama 1-2 hari untuk dewasa dan anak-anak dengan BB di atas 15 kg.
- Untuk Rosacea, sebagai krim 1% dioleskan sehari sekali selama maksimal 4 bulan.
- Untuk kutu rambut, sebagai lotion 0,5% dioleskan pada bagian yang mengalami infeksi, lalu didiamkan selama 10 menit (orang dewasa dan anak-anak di atas 6 bulan).
Berikut informasi perbandingan harga obat Ivermectin pada tahun 2020 dan 2021 di pasaran.
Harga Ivermectin
Merk/Varian Ivermectin | Harga Sebelumnya | Harga Sekarang |
Ivermectin Indofarma 12mg | – | Rp7.711 |
Mectinsanbe 12 mg tab | – | Rp7.725 |
Intermectin Oral 10ml | Rp14.000 | Rp7.500 |
Kepromec Oral Ivermectin 5ml | Rp15.000 | Rp12.000 |
Ivermax 12 mg caplet | – | Rp26.631 |
Kepromec Oral Ivermectin 10ml Star Farm | Rp27.000 | Rp18.000 |
Ivermectin Plus 2ml | Rp32.000 | Rp13.650 |
Adex Ivermectin | Rp57.000 | Rp63.000 |
Intermectin Oral 100ml | Rp68.000 | Rp37.500 |
Wonder Ivermec 20ml | Rp76.000 | Rp103.000 |
Pyrimectin 50ml | Rp99.200 | Rp97.500 |
Dufamec 50ml | Rp125.000 | Rp102.500 |
Mectin 2mg | Rp140.000 (strip) | Rp110.000 (strip) |
Kepromec Injeksi 50ml | Rp165.000 | Rp174.000 |
Ivomec Super 50ml | Rp425.000 | Rp435.000 |
Obat Ivermectin yang digunakan untuk manusia biasanya berupa tablet untuk diminum, yakni Ivermectin Indofarma 12mg, Mectinsanbe 12 mg, dan juga Ivermax 12 mg kaplet. Selain untuk manusia, Ivermectin ternyata juga dapat dipakai untuk hewan, termasuk anjing dan kucing. Obat ini secara rutin digunakan untuk mengendalikan cacing parasit di saluran pencernaan hewan ruminansia. Parasit ini biasanya masuk ke hewan saat sedang merumput, melewati usus dan menetap serta matang di usus. Setelah itu, mereka menghasilkan telur yang keluar dari hewan melalui kotorannya dan dapat menempati padang rumput baru.
Kontraindikasi dan Efek Samping Ivermectin
Obat ini tidak disarankan untuk anak-anak dengan usia di bawah lima tahun atau mereka yang memiliki berat badan kurang dari 15 kilogram, serta individu dengan penyakit hati atau ginjal. Obat juga belum diketahui apakah aman untuk ibu hamil atau tidak. Sementara, efek samping yang mungkin timbul antara lain mual, muntah, diare, pusing, ruam, demam, dan nyeri otot.
[Update: Dian]
[1] Bisara, Dina dan Mardiana. 2014. Kasus Kecacingan pada Murid Sekolah Dasar di Kecamatan Mentewe, Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan Tahun 2010. Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol. 13(3): 255-264.
[2] Hakiki, Nadhira P., Lia Faridah, Meita Dhamayanti. 2016. Association between Mother’s Characteristic, Knowledge, Attitude, and Practice and Intestinal Helminthes Infection on Children. Althea Medical Journal, Vol. 3(2): 248-253.
[3] Karim, Wahyudin Abdul dan Elijonnhahdi. 2017. Identifikasi dan Prevalensi Cacing Usus pada Murid SDN 2 Saloya Kecamatan Sindue Tombusabora Sulawesi Tengah. Jurnal Pendidikan Glasser, Vol. 2(2): 78-86.