Update Harga Garu, Alat Pertanian Ratakan Tanah

Meski sekarang sudah muncul banyak alat yang lebih modern, namun masih ada sebagian petani yang memanfaatkan alat bantu tradisional, salah satunya garu. Ini bisa dikatakan sebagai alat untuk mengolah atau meratakan tanah dan bisa digunakan oleh manusia maupun dengan bantuan hewan. Di pasaran, alat ini dijual dengan harga mulai ratusan ribu rupiah.

Ilustrasi Cara Menggunakan Garu (credit: plantscapers)
Ilustrasi Cara Menggunakan Garu (: plantscapers)

Seiring dengan perkembangan zaman, alat-alat modern memang seolah menggusur piranti tradisional, tidak terkecuali dalam bidang pertanian. Traktor, rotavator, bajak singkal, bajak subsoil, hingga garu sisir dan garu piring jamak terlihat di sawah. Meski begitu, di sebagian daerah, masih ditemukan banyak petani yang memakai alat pertanian tradisional.

Bacaan Lainnya

Jenis Alat Pertanian Tradisional

  • Cangkul, adalah alat yang terutama difungsikan untuk menggali, membersihkan tanah dari rumput, ataupun untuk meratakan tanah. Cangkul biasanya terbuat dari kayu dan besi. Dalam hubungannya dengan persiapan tanam benih padi, cangkul digunakan untuk menggali bagian tepi/pinggir sawah atau dalam istilah bahasa Jawa disebut pekerjaan minggiri sawah. Fungsinya sebelum dibajak menggunakan garu dan atau traktor adalah agar bagian tepi sawah juga ikut gembur, dikarenakan alat garu maupun traktor tidak bisa maksimal untuk menjangkau tepian sawah.
  • Parang, adalah senjata yang terbuat dari besi biasa. Bentuknya relatif sederhana tanpa pernak-pernik. Kegunaannya adalah sebagai alat potong atau alat tebas (terutama selak belukar) kala pemakainya keluar masuk hutan. Parang juga digunakan untuk pertanian untuk membabat rumput yang berada di pematang sawah.
  • Luku, adalah alat pertanian tradisional yang digunakan untuk meratakan tanah setelah tanah di-garu. Jadi, setelah tanah di-garu, biasanya didiamkan dulu selama sekitar 1 minggu, kemudian baru di-luku. Jadi, fungsi utama alat luku adalah untuk meratakan tanah sebagai lahan yang siap untuk ditanami. Garu dan luku merupakan satu paket, namun dengan fungsi yang berbeda.
  • Penggaris sawah, adalah alat pertanian tradisional yang terbuat dari kayu. Jarak antara masing-masing bagian garisan biasanya antara 22 hingga 25 cm. Penggaris sawah berfungsi untuk memberi batas/jarak antara tanaman padi sehingga para penanam dapat dengan mudah menanam benih adi tepat di setiap ada perempatan hasil atau tapak/ garisan.
  • Gosrok, adalah alat pertanian tradisional yang digunakan untuk menggemburkan tanah dan membasmi rumput yang berada di sela-sela tanaman padi serta untuk memutuskan akar-akar tanaman padi. Dengan putusnya sebagian akar, maka diharapkan akar yang putus akan tumbuh bercabang lebih banyak.
  • Ani-ani, adalah sebuah pisau kecil yang dipakai untuk memanen padi. Dengan ani-ani, tangkai bulir padi dipotong satu-satu, sehingga proses ini memakan banyak pekerjaan dan waktu. Namun, keuntungannya ialah tidak semua batang ikut terpotong, berbeda dengan penggunaan sebuah clurit atau arit. Dengan demikian, bulir yang belum masak tidak ikut terpotong.
  • Sabit atau arit, adalah alat pertanian berupa pisau melengkung menyerupai bulan sabit. Meskipun bentuknya sama, secara bahasa arit dan sabit cenderung merujuk pada alat pertanian. Fungsi sabit adalah untuk membabat/memotong rumput dan juga untuk memotong batang tanaman padi ketika panen.
Garu (sumber: trees.com)
Garu (sumber: trees.com)

dan Fungsi Garu

Alat pertanian tradisional lainnya yang masih sering dipakai petani adalah garu. Garu adalah peralatan pertanian yang digunakan untuk pengolahan tanah tahap kedua (secondary tillage equipment) setelah pengolahan tanah menggunakan bajak.[1] Perlu diketahui, ketika dibajak, tanah masih berupa bongkahan-bongkahan besar yang harus diratakan agar dapat ditanami.

Garu biasanya terdiri atas pegangan dan mata. Pegangan garu biasanya terbuat dari kayu yang digunakan untuk mengarahkan garu pada saat mengolah tanah, sedangkan mata garu terbuat dari kayu atau besi. Cara menggunakan garu adalah dengan memegang gagang menggunakan dua tangan, kemudian mata garu diarahkan pada tanah yang akan diratakan. Susunan mata garu yang ditarik ke depan menyebabkan bongkahan-bongkahan tanah yang telah dibajak menjadi lebih rata.

Untuk memakai garu, bisa dilakukan dengan tenaga manusia maupun bantuan hewan. Jika memakai tenaga manusia, harus ada dua orang untuk bisa mengoperasikan alat ini. Seorang bertugas sebagai penarik, dan yang lainnya bertindak sebagai penekan garu. Namun, biasanya penarik garu terdiri dari dua orang, sedangkan penekan hanya satu orang. Sedikit atau banyaknya jumlah anggota tergantung dari kondisi dan kegemburan tanah yang telah dibajak.

Jika menggunakan hewan, petani biasanya memanfaatkan bantuan kerbau, sapi, atau kuda. Namun, apabila sapi dan kerbau dapat dimanfaatkan untuk sawah berlumpur dan ladang, maka kuda cuma bisa digunakan di lahan kering. Hewan tersebut berfungsi untuk menarik pegangan atau gagang garu, sedangkan yang menekan mata garu tetap memakai tenaga manusia.

Dalam perkembangannya, garu juga bertransformasi menjadi bentuk yang lebih modern. Ada beberapa jenis garu yang sering dipakai, di antaranya garu sisir, garu paku, garu pegas, hingga garu rotary. Garu rotary menjadi salah satu yang sering dipakai, berupa pisau-pisau yang dipasang pada suatu poros yang berputar karena digerakkan oleh suatu motor.[2][3]

Ilustrasi: Memakai Garu (sumber: kovrov.poryadok.ru)
Ilustrasi: Memakai Garu (sumber: kovrov.poryadok.ru)

Harga Garu

Model/Ukuran GaruHarga
Garu 3 Sisir 40 cmRp20.000
Garu + Cangkul 30 cmRp27.000
Garu 4 Sisir 26 cmRp48.000
Garu 4 Sisir 55 cmRp65.000
Garu 4 Sisir 95 cmRp104.000
Garu 4 Sisir 37 cm full besiRp325.000
Garu 15 Sisir 150 cmRp550.000
Garu Implemen CultivatorRp795.000

Harga garu di atas kami rangkum dari berbagai sumber, termasuk sejumlah situs jual beli online dalam dan toko alat pertanian. Jika dibandingkan tahun 2020, harga garu tahun 2021 dan 2022 mengalami perubahan. Garu implemen cultivator misalnya, dijual Rp800 ribu tahun 2020, sedikit turun menjadi Rp770 ribuan tahun 2021, naik menjadi Rp795 ribu di tahun 2022 .

[Update: Almas]

[1] Suranny, Lilyk Eka 2014. Alat Pertanian Tradisional sebagai Warisan Kekayaan Budaya Bangsa. Jurnal Arkeologi Papua Vol. 6(1) : 45-55.

[2] Smith, Harris Pearson & Lambert H. Wilkes. 1990. Farm Machinery and Equipment. US: McGraw-Hill Inc.

[3] Daywin, F .J., dkk. 1999. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian Lahan Kering. Bogor: Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *