Info Terbaru Harga Garam Kasar (Krosok) 1 Kg dan Sak

Apakah Anda pernah mendengar garam krosok? Ini adalah varian garam yang memiliki tekstur lebih kasar dibandingkan garam meja atau garam dapur. Bisa juga dipakai untuk garnish makanan, garam krosok lebih sering digunakan untuk mengawetkan dan produksi ikan asin lantaran punya rasa asin yang jauh lebih kuat. Ditawarkan dalam kemasan 1 kg serta sak, harga garam krosok ini ternyata relatif terjangkau.

Harga Garam Kasar (Krosok)
Harga Garam Kasar (Krosok)

Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan garam karena bumbu ini memang wajib ada di setiap dapur. Sering digunakan sebagai penyedap masakan, garam merupakan suatu kumpulan senyawa kimia dengan penyusun terbesar adalah natrium klorida atau NaCl dan pengotor, yakni kalsium sulfat (CaSO4), magnesium sulfat (MgSO4), dan magnesium klorida (MGCl2).[1]

Bacaan Lainnya

Punya bentuk yang mungkin itu-itu saja, ternyata ada begitu banyak jenis garam dengan berbagai karakter. Ada yang mudah dicampurkan dalam makanan tanpa perlu dipanaskan terlebih dahulu, ada pula yang sangat keras sehingga perlu kecermatan untuk mendapatkan rasa asin yang merata. Selain itu, peruntukan masing-masing garam pun berbeda.

Garam meja misalnya, atau yang kerap disebut garam beryodium, adalah varian garam dengan tekstur yang sangat halus, bahkan diklaim lebih halus daripada . Dilansir dari CNN Indonesia, garam meja ini mengandung sekitar 97 persen natrium klorida atau lebih tinggi. Kemudian, ada pula garam laut (sea salt) yang dibuat melalui prose penguapan air laut, dengan kandungan seperti potasium, zat besi, dan seng.

Kandungan dan Manfaat Garam Krosok

Jenis garam lainnya yang juga tidak kalah populer adalah garam krosok. Punya istilah keren crude solar salt, garam krosok kerap disebut garam kasar karena memang memiliki tekstur lebih kasar daripada garam meja. Dihasilkan melalui proses evaporasi (penguapan) dan kristalisasi air laut, garam krosok punya kualitas lebih rendah daripada garam meja lantaran hanya mengandung 85 persen natrium klorida.

Selain NaCl yang rendah, garam krosok juga mengandung bahan pengotor seperti magnesium sulfat (MgSO4), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), kalium klorida (KCl), dan pengotor tanah. Kandungan NaCl rendah yang diimbangi bahan pengotor tersebut, membuat garam krosok tidak bisa dikonsumsi secara langsung oleh masyarakat karena masih di bawah Standar Nasional Indonesia (SNI) minimal 94,7 persen.[2]

Karena masih di bawah standar SNI, garam krosok memang tidak disarankan digunakan sebagai bumbu masakan, meskipun mungkin dapat dipakai sebagai bagian akhir atau garnish jika dipecah terlebih dahulu. Secara umum, garam ini biasanya digunakan untuk kebutuhan kesehatan, industri kecantikan, industri tekstil, industri minyak, dan industri bahan pengawet.

Untuk kesehatan, garam krosok diklaim cocok dijadikan bahan terapi menghilangkan pegal-pegal dan linu-linu. Mantan Menteri , Susi Pudjiastuti, termasuk salah satu orang yang memakai garam ini sebagai terapi anti-pegal. Caranya, bongkahan garam krosok ditaruh di mangkuk dan dipanaskan terlebih dahulu di dalam microwave, kemudian dibungkus dengan kain. Setelah itu, diletakkan saja di area yang terasa pegal-pegal.

Sementara itu, mengutip keterangan Nakita, garam krosok memang dapat digunakan sebagai pereda berbagai kram otot, nyeri sendi, hingga psoriasis. Bahan ini pun diklaim dapat membantu proses eksfoliasi kulit, menghilangkan jerawat, hingga mengurangi peradangan pada sistem pernapasan. Para ahli telah mengungkapkan bahwa udara laut yang asin di tepi pantai dapat memberikan keajaiban bagi sistem pernapasan dan mereka yang menderita asma, bronkitis, atau sinus.

Bagi mereka yang hobi beternak ikan, termasuk lele, garam krosok pun dapat dipakai sebagai salah satu bahan untuk menyeimbangkan pH air kolam atau tambak. Selain itu, garam ini dikatakan dapat mencegah munculnya jamur di dalam kolam ikan lele. Setelah diberi garam krosok, kolam ikan dapat ditaburi molasses awal yang berguna untuk menghambat pertumbuhan alga biru yang bisa meracuni ikan.

Nah, apabila Anda tertarik dengan manfaat yang ditawarkan garam krosok, tidak sulit mendapatkan bahan ini. Pasalnya, Anda sudah bisa membelinya di berbagai pasar . Jika ingin lebih praktis, Anda pun dapat memesan lewat situs jual beli online. Harga yang ditawarkan bervariasi, tergantung kemasan. Berikut informasi kisaran harga garam krosok di pasaran.

Garam kasar/krosok (sumber: hellosehat)
Garam kasar/krosok (sumber: hellosehat)

Harga Garam Krosok 1 Kg

Merk Garam KrosokHarga
Garam Krosok Non-Merk 1 kgRp3.500 – Rp5.999
Garam Krosok Keto 1 kgRp7.500
Garam Krosok Cap Garam Kasar 1 kgRp8.200
Garam Ikan Krosok 1 kgRp8.800
Garam Krosok Cap Segitiga 1 kgRp13.320
Garam Krosok Madura Asli 1 kgRp36.000

Informasi Harga garam krosok 1 kg di atas kami rangkum dari berbagai sumber dan tentu tidak terikat karena bisa berubah sewaktu-waktu. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, harga garam krosok saat ini mengalami kenaikan. Sebagai contoh, garam krosok Madura asli 1 kg yang semula Rp32 ribu, naik menjadi Rp36 ribu.

Ilustrasi: Garam Kasar (Krosok) (sumber: .liebherr.com)
Ilustrasi: Garam Kasar (Krosok) (sumber: .liebherr.com)

Harga Garam Krosok Sak

Kemasan Garam KrosokHarga
Garam Krosok 10 kgRp80.000 – Rp100.000 per sak
Garam Krosok 25 kgRp149.000 per sak
Garam Krosok Curah 50 kgRp380.000 per sak

Harga garam per sak di atas juga kami rangkum dari berbagai sumber, termasuk toko bumbu dapur serta situs jual beli online. Perlu Anda ketahui bahwa harga garam kasar tersebut tidak mengikat dan dapat berubah sewaktu-waktu. Sebagai perbandingan, tahun lalu garam krosok 10 kg dijual Rp54 ribu sampai Rp71 ribuan per sak, sedangkan harga garam krosok 25 kg mulai Rp78 ribuan per sak.

(Update: Panca)

[1] Sulistyaningsih, Sugiyono, Sedyawati. 2010. Pemurnian Garam Dapur Melalui Metode Kristalisasi Air Tua dengan Bahan Pengikat Pengotor Na2C2O4-NaHCO3 dan Na2C2O4-Na2CO3. Jurnal Kimia, Vol. 1(8): 26-33.

[2] Sumada, Ketut, Retno Dewati, Suprihatin. 2016. Garam Industri Berbahan Baku Garam Krosok dengan Metode Pencucian dan Evaporasi. Jurnal Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri UPN Surabaya, Vol. 11(1): 30-36.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *