Update Harga Cengkeh per Kg (Basah & Kering)

Cengkeh alias cengkih hingga saat ini masih menjadi salah satu komoditas unggulan Indonesia. Selain digunakan sebagai bumbu untuk memasak, cengkeh banyak diburu untuk digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan rokok. Di pasaran, harga cengkeh basah dan kering per kg cenderung fluktuatif, tergantung banyaknya stok dan permintaan.

Cengkeh (sumber: cookist.com)
Cengkeh (sumber: cookist.com)

Apa Itu Cengkeh?

Sebelum membahas mengenai harga cengkeh, kita ulas sedikit mengenai komoditas yang satu ini. Cengkeh adalah sejenis bunga kering dari tanaman Syzygium aromaticum. Cengkeh memiliki nama lain yakni cloves. Cengkeh memang berupa bunga dari pohon myrtaceae. Dalam keadaan segar, tanaman ini berwarna merah ketika mekar dan berwarna cokelat kehitaman apabila dikeringkan, berbentuk seperti bunga kecil, dan beraroma wangi.

Bacaan Lainnya

Cengkeh banyak ditemui di Indonesia karena memang berasal dari Nusantara, terutama di Indonesia bagian timur. Cengkeh memiliki rasa sedikit pedas sehingga banyak digunakan untuk beberapa jenis masakan pedas ala Eropa. Selain itu, tanaman ini juga banyak digunakan sebagai bahan utama pembuat rokok kretek karena mampu menambah aroma ketika diisap. Cengkeh banyak dijual dalam bentuk kering atau bubuk. Sangat jarang ditemui cengkeh yang dijual dalam keadaan segar. Cengkeh memiliki banyak khasiat dan mudah ditemui di pasaran.

Manfaat Cengkeh

Cengkeh memiliki khasiat yang mengejutkan. Dalam bahan pangan sekecil cengkeh, terkandung banyak zat-zat bermanfaat seperti zat anti inflamasi, antibiotik, dan minyak esensial. Cengkeh bermanfaat untuk mengobati sakit gigi, mencegah radang, dan menjaga sistem pencernaan. Cengkeh juga berguna layaknya rempah-rempah lain yaitu untuk menghangatkan . Di samping itu, cengkeh juga bisa mengatasi sinusitis dan membantu merangsang keluarnya lendir yang tertahan. Tanaman ini juga baik untuk kecantikan, misalnya menghilangkan flek pada wajah dan menyembuhkan peradangan akibat jerawat.

Dalam masakan, cengkeh umumnya digunakan sebagai penambah aroma seperti pada gulai, kari, nasi kebuli, dan sebagainya. Masakan Timur Tengah banyak yang mengandung cengkeh sebagai penambah aroma. Tidak hanya itu saja, cengkeh juga dapat dijadikan hiasan misalnya pada kue nastar, bolu, dan sebagainya.

Sejarah Komoditas Cengkeh

Pada abad keempat, pemimpin Dinasti Han dari Tiongkok memerintahkan setiap orang yang mendekatinya untuk sebelumnya mengunyah cengkeh, agar napasnya harum. Cengkeh, pala, dan merica sangat mahal di zaman Romawi. Cengkeh menjadi bahan tukar-menukar oleh bangsa Arab di abad pertengahan.

Pada akhir abad ke-15, orang Portugis mengambil alih jalan tukar-menukar di Lautan India. Bersamaan dengan itu, diambil alih juga perdagangan cengkeh dengan perjanjian Tordesillas dengan Spanyol, selain itu dilakukan juga perjanjian dengan Sultan Ternate. Kemudian, bangsa Portugis membawa banyak cengkeh yang mereka peroleh dari kepulauan Maluku ke Eropa. Pada saat itu, harga 1 kg cengkeh sama dengan harga 7 gram emas.

Perdagangan cengkeh selanjutnya didominasi oleh orang Belanda sekitar abad ke-17. Pada abad ke-17 dan ke-18, di Inggris, harga cengkeh sama dengan harga emas karena tingginya biaya impor. Pasalnya, cengkeh di negara tersebut dijadikan salah satu yang sangat berkhasiat bagi warga dan sekitarnya yang mengonsumsi tanaman cengkeh tersebut. Sementara, di kurun waktu yang sama, dengan susah payah akhirnya warga Perancis berhasil membudidayakan pohon cengkeh di tanah jajahan mereka di Mauritius, tepatnya tahun 1770. Kemudian, cengkeh juga dibudidayakan di Guyana, , dan Zanzibar.

Cengkeh segar (sumber: tinderbox.com.au)
Cengkeh segar (sumber: tinderbox.com.au)

Perkembangan Komoditas Cengkeh di Indonesia

Merupakan tanaman asli Indonesia, cengkeh awalnya menjadi komoditas ekspor, namun berubah posisi menjadi komoditas yang harus diimpor karena pesatnya perkembangan industri rokok kretek di Tanah Air. Industri rokok kretek sendiri berkembang sejak akhir abad ke-19, dan tingginya kebutuhan devisa untuk memenuhi kebutuhan membuat pemerintah menetapkan program swasembada cengkeh pada tahun 1970, di antaranya melalui perluasan lahan.

Hasil dari pelaksanaan program swasembada cengkeh adalah terjadinya perkembangan luas areal yang sangat mencolok dari 82.387 ha di tahun 1970 menjadi 724.986 ha pada tahun 1990. Swasembada dinyatakan tercapai pada tahun 1991, bahkan terlampaui, tetapi bersamaan dengan itu terjadi penurunan harga. Untuk membantu petani mengatasi hal tersebut pemerintah campur tangan dengan mengatur niaga melalui pembentukan Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC), mendiversifikasi hasil, dan mengonversi sebagian areal. Sayangnya, upaya-upaya ini tidak berhasil karena harga tidak kunjung membaik.

Pada tahun 2017 lalu, harga komoditas cengkeh berangsur naik karena produksi yang anjlok hingga 70 persen, sedangkan kebutuhan akan komoditas tersebut makin tinggi. Pada awal semester kedua atau bulan Juli 2017, harga cengkeh di Bali bisa mencapai Rp100 ribu per kg. Sayangnya, hasil panen yang anjlok membuat para petani cengkeh tidak dapat banyak menikmati kabar gembira tersebut.

Selain curah hujan yang cukup tinggi dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, menurunnya produksi tanaman cengkeh juga disebabkan cara pemetikan pada panen sebelumnya, di samping pemeliharaan yang kurang maksimal. Saat panen, daun pada pangkal bunga banyak yang rontok sehingga otomatis memengaruhi pertumbuhan bunga.

Kemudian, pada tahun 2019, harga cengkeh ternyata mengalami penurunan. Memang, dari segi hasil panen, jumlah cengkeh terbilang berlimpah. Namun, untuk harga, banyak petani mengaku dilematis karena harganya cenderung turun di pasaran. Jika di bulan Agustus bisa mencapai angka Rp75 ribuan per kg, maka mengalami penurunan menjadi Rp68 ribuan per kilogram di bulan September.

Pada tahun 2020, harga cengkeh di sejumlah daerah di Indonesia kembali mengalami penurunan yang cukup drastis, bahkan hingga separuh dari harga tahun lalu. Di Ambon misalnya, jika pada tahun 2019 harga cengkeh dipatok Rp69 ribu per kg, pada 2020 turun menjadi Rp50 ribu per kg. Demikian pula dengan di Bone yang turun dari Rp68 ribu menjadi Rp47 ribu per kg.

Lantas, pada tahun 2021, harga cengkeh kering maupun basah rupanya kembali naik karena panen yang jumlahnya terbatas di sejumlah daerah, tetapi kebutuhan cengkeh pabrik rokok masih tetap tinggi. Harga cengkeh di Ambon misalnya, naik dari Rp50 ribu menjadi Rp90 ribu per kg, sedangkan harga cengkeh di Bone naik drastis dari Rp47 ribu menjadi Rp93 ribuan per kg. Lalu, berapa harga cengkeh di pasaran saat ini?

Cengkeh kering (sumber: myrecipes.com)
Cengkeh kering (sumber: myrecipes.com)

Harga Cengkeh

WilayahHarga Cengkeh
AcehRp92.000 per kg
AmbonRp117.000 per kg
BulelengRp127.000 – Rp130.000 per kg
Labuan BajoRp120.000 – Rp125.000 per kg
MadiunCengkeh Basah : Rp40.000 – Rp41.000 per kg
Cengkeh Kering : Rp123.000 – Rp125.000 per kg
ManadoRp112.000 per kg
MinahasaRp106.000 per kg
NganjukRp140.000 per kg
SumedangRp104.000 per kg
TernateRp125.000 per kg

Informasi harga cengkeh di atas kami rangkum dari berbagai sumber dan berlaku untuk tahun 2022. Sebagian besar harga tersebut merupakan harga untuk cengkeh kering. Selain langsung di petani, Anda pun dapat membeli cengkeh kering di beberapa online shop. Cengkeh kering merk Clove misalnya, dijual dengan harga Rp157.500 per kg, sedangkan harga cengkeh kering merk Berkah Herbs & Spices berkisar Rp140 ribuan per kg. 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *